Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Hari ke 4 di mess, haruskah logika gw dikalahkan hal yang bersifat klenik?
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 5
“aduhhh” secara reflek gw langsung melihat minto dan indra yang kebetulan tepat dibelakang gw.
“maksud kalian apa? kalian enggak suka sama yang baru saja gw lakuin?” ucap gw bercampur emosi
“ehh maksud lu apa za?” terlihat indra agak bingung dengan maksud perkataan gw.
“kenapa lu pukul kepala gw? kalau enggak suka jangan begitu caranya”
“wahh jangan asal nuduh za, gw sama indra tuh enggak ngelakuin apa2” jawab minto yang agak kesal dengan tuduhan gw.
Gw terdiam mendengar jawaban minto, rasanya gw bisa mempercai jawabannya, setelah gw meminta maaf, akhirnya kami membereskan sesajen yang berhamburan dilantai.
“sepertinya terornya sudah dimulai za” ucap indra merespon kejadian yang baru saja gw alami.
“sudahlah, kalian terlalu banyak nonton film horor” jawab gw dengan tersenyum untuk mengurangi rasa ketakutan mereka.
Jam hampir menunjukan pukul 11 malam, kami memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan ini, satu persatu kami meninggalkan ruang tamu dan menuju ke kamar masing masing, terlihat minto agak enggan untuk memasuki kamarnya, ada raut wajah kekhawatian setelah peristiwa sesajen yang gw tendang dikamarnya.
“mau tidur dikamar gw to?”
“ogahh za, kamar gw sendiri aja gw takut, apalagi kamar lu yang udah terkenal kamar terseram disini” akhirnya minto memutuskan untuk tidur dikamar indra dengan berbekal selembar tikar.
“gara gara lu nih za, gw bisa masuk angin” ucap minto dengan gaya merajuk.
“bisa juga lu bergaya cewek to, sorry atas kejadian tadi” jawab gw dengan tertawa melihat tingkah pola minto.
Ini merupakan kejadian teraneh selama hidup gw, dimana seseorang bisa terteror di kediamannya sendiri, terteror oleh mahluk yang belum jelas bentuknya, sosok mahluk yang gambarannya terbentuk karena obrolan dari mulut ke mulut, sehingga ketika mencapai mulut orang yang tidak mengalami kejadian, melihat atau merasakan peristiwa yang tidak masuk akal itu, mahluk itu akan tergambar menjadi lebih menyeramkan, kembali gw tersenyum bila membayangkan itu semua.
Sesampainya dikamar, sebelum tidur gw putuskan untuk mencari sisa sisa peristiwa yang mungkin tercecer dikamar ini, peristiwa tentang arda mengakhiri hidupnya dikamar ini dengan sangat tragis dan dengan cara tersiksa, gw bisa bayangkan ketika dia terbaring diranjang ini dengan darah yang mulai keluar secara cepat dari nadinya, dan perlahan suplai oksigen ke otaknya akan semakin berkurang, hal ini menyebabkan nafas terasa tercekik hingga akhirnya mati, sungguh perbuatan bodoh yang sangat menyiksa.
Entah kenapa gw selalu menemukan sebuah keberanian yang lebih bila memasuki kamar ini, gw seperi memasuki sebuah zona yang memberikan gw rasa aman, gw bisa merasakan ketenangan, seakan akan ada suatu pelindung yang memberikan gw semua rasa ketenangan ini, entah apa..
Setelah terasa lelah dan tidak menemukan sisa apa apa, akhirnya gw putuskan untuk tidur, suara tiang listrik yang dipukul oleh petugas keamanan seakan menjadi tanda bahwa waktu sudah jam 12 malam.
“brakkk” terdengar seperti suara pukulan tangan ke arah jendela kamar gw, suara ini belum cukup untuk membangunkan gw dari pembaringan, sejenak gw hanya menggeliat dan meneruskan tidur, hingga akhirnya selang beberapa menit suara itu kembali terdengar, berhubung malam sebelumnya gw pernah mengalami kejadian seperti ini, gw hanya menganggap kejadian biasa seperti malam kemarin, sebuah kejadian tanpa gw menemukan bukti apa apa, hingga akhirnya sebuah bunyi ketiga, sebuah bunyi yang kontan membangunkan gw dari tidur dan membuat rasa ngantuk gw menghilang dengan seketika.
“cringgg cringggg brakkkkkk!!! hi.hi.hi.hi”
“hrrrrrrrrrrr.. hihihihi.. hihihihi..”
“baik, suara apa itu” ucap gw dengan kagetnya, suara itu benar2 terdengar jelas, ini jelas bukan sebuah mimpi, sebuah suara rantai yang ditarik lalu dipukulkan ke arah tembok diiringi dengan suara tawa cekikikan dari seorang wanita, hingga akhirnya terdengar suara geraman yang dilanjutkan dengan suara cekikikan yang panjang dan perlahan suara itu semakin menjauh hingga akhirnya hilang ditelan suara malam, itu jelas suara tawa seorang wanita dan suara geraman itu, itu merupakan suara geraman yang gw dengar malam sebelumnya.
“tuhan, ada apa ini” rasa kaget ini telah membuat gw terduduk dipinggir ranjang, akhirnya gw putuskan untuk membuka jendela dimalam buta itu, gw bisa melihat waktu masih menunjukan jam 2 pagi, dengan perlahan gw buka gerendel jendela dan mendorongnya secara perlahan, gw takut ada sesuatu yang tiba tiba mengagetkan gw, tidak lucu rasanya bila gw pingsan malam ini karena sesuatu yang mengagetkan, hanya hembusan angin malam yang gw temui diluar sana, tapi perlahan demi perlahan hembusan angin ini berubah menjadi sebuah hembusan yang membawa aroma amis hingga akhirnya berubah menjadi bau khas dari sebuah bangkai, mual rasanya mencium bau ini terlalu lama hingga akhirnya gw putuskan untuk menutup jendela, sebelum daun jendela tertutup secara sempurna, sekilas mata gw menangkap sebuah bayangan dari sebuah pohon besar yang berada diluar pagar, bayangan itu secara perlahan akhirnya membentuk sebuah wujud, ya sebuah wujud yang untuk pertama kalinya gw lihat dalam hidup gw, kini bayangan tesebut telah membentuk sebuah wujud yang menyerupai wanita dengan balutan gaun putih panjang, gw coba untuk memperhatikannya lebih seksama, wanita tersebut terlihat seperti berayun ayun dibatang pohon tanpa sedikitpun tangannya menyentuh batang pohon, tangan wanita itu terlihat memainkan sebuah rantai yang terikat dipergelangan kakinya, hingga akhirnya wanita itu menatap ke arah gw dan tersenyum, sebuah senyum yang sangat jauh dari kata senyuman manis dari seorang wanita cantik, dia tersenyum dengan tatapan kosong, sebuah senyuman yang hampir menyerupai seringai, hingga akhirnya wanita tersebut mengeluarkan suara tawa yang menyerupai sebuah jeritan, baru kali ini gw merasakan keterkejutan yang membuat bulu kuduk disekitar tengkuk gw berdiri, tanpa berpikir panjang segera gw tutup daun jendela dan terdiam sesaat sambil tangan ini tetap memegang daun jendela dengan erat, rasa takut ini telah membuat adrenalin gw terlontar keluar dan meninggalkan rasa gemetar dibadan ini.
“sialan!!! apa itu??” ucap gw dengan setengah memaki, segera gw tarik nafas panjang dan kembali mengumpulkan pikiran positif, gw tidak mau rasa takut ini mengambil alih pikiran positif gw dan menggantinya dengan kepercayaan akan hal yang berbau ghoib, setelah gw berhasil mengontrol rasa takut, akhirnya kembali gw beranikan diri untuk membuka daun jendela kembali secara perlahan.
“jangan konyol, ini hanya permainan pikiran za, lu sudah berimajinasi” ucap gw kepada diri sendiri untuk sekedar menambah keberanian, hingga akhirnya daun jendela itu kembali terbuka sempurna dan gw hanya bisa menyaksikan keheningan malam, lama tatapan mata gw terdiam memandang pohon besar itu, kini yang gw lihat hanyalah sebuah pohon besar dengan dedaunannya yang rimbun bergerak gerak tertiup angin malam.
“tolol sungguh tolol, hampir saja gw dikalahkan ketakutan yang tidak masuk akal” ucap gw dengan tersenyum lega, akhirnya gw putuskan untuk menyalakan sebatang rokok dan menikmati hembusan angin malam, setelah batangan rokok telah memasuki hisapan terakhir, segera gw langkahkan kaki menuju kamar mandi, rasa keterkejutan ini telah membuat perut gw sedikit mulas atau bisa juga ini efek makan sore gw yang terlalu banyak memakan sambal.
Dengan bermodalkan sebatang rokok untuk menuntaskan panggilan alam ini, terdiam gw dipojokan kamar mandi dengan penuh konsentrasi, hingga akhirnya sebuah panggilan membuyarkan semua konsentrasi gw.
“za..” sebuah panggilan yang memanggil nama gw, mata gw segera menatap pintu kamar mandi dan mencoba memperhatikan apakah ada yang memanggil gw dari luar sana.
“siapa ya?” jawab gw sambil berdiri dan menghampiri pintu lalu membuka pintu hanya untuk sekedar melihat keluar, yang gw dapati hanya sepi tanpa ada seseorangpun disana, mungkin gw salah dengar itulah yang ada dibenak gw saat ini, hingga akhirnya sebuah suara kembali terdengar, tapi inilah suara yang berhasil mengalahkan akal sehat gw, sebuah suara panggilan yang berasal dari dalam kamar mandi, lebih tepatnya dari arah belakang tubuh gw.
“za..”
rasa terkejut bercampur dengan rasa takut telah membuat gw seperti seorang manusia yang terkena stroke mendadak, hanya terdiam tanpa bisa bergerak, bulu kuduk yang berdiri di tengkuk gw seperti mematikan aliran darah dileher ini, berat dan terasa kaku, gw paksakan diri untuk mengumpulkan kekuatan hanya untuk sekedar menolehkan kepala dan mencari sumber suara panggilan itu, setelah berusaha sekuat tenaga mengalahkan rasa takut itu akhirnya gw berhasil menolehkan kepala ke arah belakang dan kembali gw mendapati kenyataan hanya gw seorang sendiri yang berada dikamar mandi ini, hingga akhirnya sebuah suara panggilan kembali terdengar dengan suaranya yang menggema, dan kali ini gw bisa meyakinkan bahwa arah suara tersebut berasal dari sumur tua yang berada disudut kamar mandi.
“za.. za..”
Jantung gw seperti mendadak berhenti seiring keringat dingin yang membasahi wajah dan leher gw, ini nyata.. sangat nyata, dan tanpa berpikir panjang segera gw tendang pintu kamar mandi dan berlari keluar sambil berteriak2 histeris.
“ndraaa!! tooooo!!” teriak gw sambil terus berlari menuju arah kamar indra, dan segera mengetuk kamar indra dengan keras.
“ndra, to!! bangunnn!!” ucap gw dengan keras, tanpa harus menunggu lama, pintu kamar indra segera terbuka, terlihat indra dan minto menatap gw dengan rasa ketakutan, hal yang gw tangkap saat ini, gw melihat indra dan minto tidak tampak seperti orang yang baru saja bangun tidur.
“lu kenapa za?” ucap indra sambil menatap gw tidak berkedip.
“masuk lu za” terlihat minto menarik gw masuk ke kamar.
“ada, ada.. ada suara” jawab gw dengan tergagap2.
“lu dengar dimana za suaranya” ucap indra yang kini terlihat ikut tercekam rasa takut.
“dikamar mandi ndra, disaat gw lg buang air besar” jawab gw dengan nafas yang masih memburu, terlihat mata indra dan minto menatap gw dengan rasa aneh, antara rasa takut dengan rasa menahan tawa di wajah mereka.
“gila lu za, takut sih takut, lihat tuh lu masih belum pakai celana” ucap indra yang kini sudah tidak bisa menahan tawanya begitu jg dengan minto.
“jangan2 za” terlihat minto menutup mulutnya.
“apaaaa??” ucap gw dengan rasa penasaran, parno rasanya mendengar ucapan minto.
“lu belum cebok juga ya” gw hanya terdiam malu, menyaksikan tingkah laku gw yang seperti orang tolol indra dan minto kembali tertawa.
“temenin gw cebok dan menyiram toilet dong” pinta gw sambil meminta sebuah celana pendek hanya sekedar untuk menutupi kemaluan gw
“ogahhh gw takut, indra aja tuh” jawab minto sambil menunjuk kearah indra, terlihat kepala indra juga menggeleng tanda menolak.
“enak aja lu to, gw juga takut”
“ada apa ini bapak-bapak?” terlihat kini mas dikin sudah hadir dengan wajah keheranan, mungkin dia terbangun karena terganggu dengan suara ribut ribut ini, matanya memperhatikan dengan heran akan kondisi gw yang tidak mengenakan celana dan hanya menutupi bagian kemaluan.
“lohh pak reza” ucap mas dikin dengan rasa keheranan, akhirnya gw putuskan agar mas dikin mengambil air yang berada didalam kulkas, setelah mendapatkan air kulkas yang dingin segera gw langkahkan kaki keluar rumah hanya untuk cebok diluar sana, sungguh rasa malu, sudah tidak gw rasakan malam ini, rasa malu itu sudah dikalahkan oleh rasa takut.
“semoga tidak ada orang yang melihat gw diluar sana, bisa2 mereka berpikir gw sedang melaksanakan ritual” ucap gw berharap didalam hati.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 7
Hari ke 5 di mess bagian dua, ketika akal sehat gw terinjak2 petuah orang pintar