Cerita Horror: Jeritan Malam Chapter 5

Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis

Hari ke 4 di mess, menyingkap tabir masa lalu dan menguji logika

<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 4

Sore hari sesampainya di mess, kembali berbagai macam pertanyaan yang sedari siang tadi bersemayam di kepala ini segera terucap, kini minto dan indra tidak mempunyai pilihan lain selain menjawab semua pertanyaan gw.

“sebenarnya apa yang terjadi di mess ini?” ucap gw memulai pembicaraan.

“apa yang terjadi dengan arda dan apa hubungan hesti dengan semua ini ?” terlihat minto dan indra saling pandang

“lu aja yang nerangin to”

“ahh lu aja ndra, sumpah gw enggak cerita aja udah merinding, apalagi disuruh cerita” kini tatapan mata minto memandang ke semua sudut ruangan seakan khawatir setiap ucapannya ada yang memperhatikan.

“ya kalau gitu ganti gantian aja, lu pikir gw enggak takut apa” ucap indra kembali, sambil ikut memperhatikan seisi ruangan, buat gw semua ruangan di mess ini tidaklah menyeramkan, tp harus gw akui ruangan yang paling nyaman di mess ini hanyalah ruangan tamu, entah mengapa bagian ruangan yang lain hawanya terasa lembab dan dingin.

“sebenarnya gw enggan menceritakannya za, gw takut lu jadi enggak kerasan untuk tinggal di mess ini za” dari arah pembicaraan indra gw bisa menangkap arahnya, semua pembicaraan ini pasti akan mengarah ke hal hal yang berbau mistis dan klenik.

“tenang ndra, semua ucapan lu enggak akan gw telan bulat2” ucap gw menepis keraguan indra.

“gw orang yang lebih mengutamakan logika berpikir dibanding harus ketakutan untuk hal hal yang tidak masuk akal”

“sebenarnya kejadian kejadian yang menyeramkan dan tidak bisa diterima oleh akal sehat sudah terjadi dari dulu za” kini indra mulai menerangkan.

“dari dulu?” tanya gw dengan keheranan

“sebelum gw, minto dan arda menempati rumah ini, di rumah ini sudah banyak kejadian aneh, mas dikin yang tau banyak” terlihat indra serius menjelaskan detil tentang kejadian kejadian aneh yang terjadi dirumah ini, seperti barang yang terlempar atau berpindah sendiri, suara2 rintihan, penampakan2 yang selalu meniru orang yang menempati rumah ini, hingga seorang wanita yang berjalan dengan rantai di kakinya dan bentuk leher kepala yang patah.

“sinting, zaman semodern ini masih mempercayai hal seperti itu” ucap gw sambil mengambil sebatang rokok dan mulai menghisapnya.

“lantas apa yang terjadi dengan arda?” tanya gw dengan penuh selidik, tampak ada rasa tidak nyaman pada diri minto mendengar pertanyaan gw.

“arda meninggal bro” jawab indra yang kini ikut merokok untuk mengurangi rasa tegangnya.

“meninggal kenapa, sakit?” kembali gw bertanya dengan rasa terkejut mendengar orang yang gw gantikan posisinya ternyata sudah meninggal.

“sudah 2 bulan yang lalu za, pernah ada orang semarang yang mencoba gantiin posisinya dan tinggal di mess ini”

“terus?” semua ucapan ucapan indra ibarat magnet yang menarik semua rasa penasaran gw.

“cuma bertahan seminggu za” jawab minto.

“hehhh kalian belum menjawab pertanyaan gw, apakah dia sakit?” terlihat indra merubah posisi duduknya, yang semula menghadap dapur dan kamar gw sekarang berposisi membelakanginya.

“bunuh diri za..” mendadak ada hembusan angin dingin yang berhembus menerpa kami, entah angin yang berasal darimana, ventilasi di dinding bagian atas dan pintu ruang depan yang tertutup jelas hal yang tidak mungkin untuk menimbulkan angin berhembus seperti ini, tapi kembali lagi gw mengambil kesimpulan positif dari kejadian ini, ada banyak hal yang masih belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan dan itu tidak bisa dikatakan ghaib.

“apaa!! Kalian enggak bercanda kan”

“enggak za, dia bunuh diri disini, tepatnya dikamar yang lu tempati sekarang”

Entah apa yang ada dibenak gw sekarang, rasa takut, atau rasa penasaran atas kematian arda, dan yang pasti selama gw tidur dikamar itu gw tidak mengalami peristiwa2 aneh.

“dengan cara apa to?”

“dia bunuh diri memotong nadi tangannya za, baru diketahui satu hari kemudian, itu juga karena mas dikin curiga, pintu terkunci, tapi lampu kamar nyala terus”

“terus hubungannya dengan hesti?”

“itu dia za, sebelumnya arda itu tipe cowok yang agak cuek sama yang namanya wanita”

“semenjak mengenal hesti, sifatnya seperti berubah, hal yang hesti inginkan pasti dikabulkan”

“bahkan hesti jadi sering nginep disini za, mereka berhubungan intim layaknya suami istri, hingga akhirnya suatu saat arda tidak bisa mengabulkan sebuah keinginan hesti” ucap indra yang kini sudah berganti dengan rokok batangan keduanya.

“hesti marah besar, dia memaki2 arda didepan kami semua, sempat arda timbul kesadarannya dan balas memaki hesti hingga berujar akan membunuhnya bila hesti memutuskannya”

“terus?” ucap gw tambah penasaran.

“hesti balas menjawab, kalau arda yang akan mati dengan penuh siksaan seperti orang gila” jawab indra.

Singkat kata setelah kejadian itu arda bertingkah seperti orang gila, dikantor kerjanya hanya melamun dan tertidur, yang lebih parah dia seperti berbicara melantur dengan mahluk2 dirumah ini, yang menurut indra dan minto adalah mahluk tidak kasat mata, hingga akhirnya arda ditemukan sudah tidak bernyawa, dengan lebam biru di punggungnya dan warna hitam di kelopak matanya, dan penyebab yang pasti karena nadinya yang terputus oleh sebilah cutter.

“bagaimana menurut lu za, wajar enggak dia meninggalnya?” tanya minto.

“bagi gw to, ndra, itu yang dinamakan depresi, stress karena diputuskan hesti, hal itu yang menyebabkan dia berhalusinasi dan memutuskan bunuh diri” jawab gw memberikan penjelasan logis.

“lu enggak pernah ngalamin kejadian aneh dikamar lu za?”

“enggak” jawab gw santai, memang benar adanya gw tidak mengalami kejadian aneh didalam kamar, tp gw mendapatkan kejadian dan suara aneh diluar kamar, tapi semua itu gw tutupi dengan harapan mereka tidak tambah mempercayai hal hal yang mistis.

“aneh za, lah wong orang sebelum lu aja, selalu di ganggu, bahkan sebelum keluar dari pekerjaan, dia selalu tidur diruang tamu” ucap indra dengan muka keheranan.

“lantas bagaimana dengan kalian? apakah kamar kalian bebas dari kejadian2 aneh?” tanya gw dengan rasa ingin mengetahui.

“kalau lu bertanya itu za, bisa kami pastikan kami juga mengalami hal2 yang tidak wajar”

“seperti rasa tercekik sewaktu tidur, melihat bayangan, mendengar rintihan wanita, dan masih banyak lagi”

“lantas apa yang kalian lakukan?”

Terlihat indra dan minto agak sungkan untuk menjawabnya, sepertinya ada yang mereka sembunyikan.

“apa?”

“kami diberitahu mas dikin za” ucap minto dengan agak ragu mengucapkannya.

“diberitahu apa?”

“kami memasang sesuguhan za, untuk mengurangi itu semua”

“maksudnya sesuguhan?” kembali gw bertanya dengan rasa penasaran akan maksud ucapan minto.

“kami memasang sesajen di masing masing kamar kami za, itu juga setelah mas dikin meminta saran orang pintar”

“kami disuruh menyuguhkan kopi hitam, darah ayam, rokok dan bunga za, itu kami lakukan 3 hari sekali, katanya itu permintaan penunggu disini”

“apaaa!!” ucap gw hampir berteriak mengetahui tingkah bodoh mereka, gw enggak menyangka di abad yang semodern ini, masih ada manusia yang melakukan kegiatan seaneh ini bahkan bisa dibilang terbelakang, gw hanya bisa menggeleng gelengkan kepala mendengar jawaban ini.

“boleh gw lihat ndra, to?” pinta gw untuk mengetahui seperti apa bentuk sesuguhan itu.

Akhirnya idra dan minto mengantarkan gw memasuki kamar mereka, tampak di kamar minto dan indra sebuah nampan yang terbuat dari tembikar dengan benda yang mereka sebutkan ada didalamnya, entah apa yang ada dipikiran gw saat ini, tiba tiba ada keinginan yang mendorong gw untuk menendang salah satu nampan itu hingga berantakan, terlihat indra dan minto saling berpandangan seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja gw lakukan.

“gila lu za?”

“wahhh za, kalau ada apa2, lu penyebabnya nih, pokoknya lu harus sama2 menghadapinya” ucap minto dengan nada ketakutan.

“kita lihat aja, gw enggak percaya dengan hal hal seperti ini, kalian seperti orang purba” ucap gw dengan tertawa kecil, entah hanya perasaan gw atau memang itu nyata adanya, seperti ada sebuah tepukan keras dikepala gw yang membuat gw sedikit meringis.


>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 6

Hari ke 4 di mess, haruskah logika gw dikalahkan hal yang bersifat klenik?

Fenomena fenomena aneh mulai terjadi seiring sepakan kaki gw pada sesajen yang diletakan dilantai kamar itu, haruskah gw menyerah dan berkata bahwa akal sehat gw salah?

Tinggalkan komentar