Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Hari ke 2 di mess, logika dan penyangkalan hal ghoib
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 2
Cahaya pagi yang menembus diantara lubang angin menyadarkan gw dari tidur lelap ini, rasa lelah yang gw alami membuat proses istirahat ini terasa begitu cepat, sejenak gw masih terlena dalam rasa lelah hingga akhirnya jam yang tergantung di dinding menyadarkan gw, bahwa hari ini adalah hari pertama gw bekerja di kantor yang baru.
“sial gw telat” dengan reflek segera gw ambil handuk yang masih tergantung di besi tempat tidur dan segera beranjak ke kamar mandi, tampak indra dan minto yang sudah rapih sedang sarapan.
“wahh kesiangan nih pak reza” tegur minto dengan nada bercanda.
“panggil gw reza aja pak, enggak enak kalau pakai kata pak, jadi canggung terlihat resmi”
“kalau gitu panggil gw minto aja” terlihat indra ikut tertawa melihat tingkah laku gw yang agak panik memasuki kamar mandi.
“za, kami duluan ya biar nanti gw suruh imron buat jemput lu disini”
“oke terima kasih, tolong kasih tau ke orang kantor kalau gw agak terlambat” teriak gw dari dalam kamar mandi.
Sejuknya air yang mengguyur badan ini segera mengembalikan kesegaran badan gw, hingga akhirnya sebuah ketukan kecil dipintu terdengar.
“pak reza, saya dikin, teh manis sama sarapannya sudah saya siapkan dimeja makan”
“ohh mas dikin, terima kasih mas” jawab gw sambil memakai handuk dan meletakan beberapa helai pakain kotor ke dalam bak plastik dan meletakannya diatas sumur yang atasnya sudah tertutup triplek, lalu gw bergegas keluar kamar mandi.
“mas dikin ya?” tanya gw ketika melihat seseorang yang terlihat lebih tua dari gw sedang meletakan sebuah kunci diatas meja makan, mendengar teguran gw, segera mas dikin menghampiri gw dan menyodorkan tangannya.
“saya dikin, pak”
“saya reza, mas” jawab gw sambil membalas jabatan tangannya, lalu bergegas memasuki kamar, terdengar kembali suara mas dikin dari luar kamar.
“pak reza, saya izin keluar dulu mau beli keperluan dapur, kunci serep pegangan pak reza saya letakan di meja makan”
“baik mas dikin, terima kasih” jawab gw tanpa mendapatkan jawaban kembali dari mas dikin, segera gw kenakan pakain dan mengambil tas laptop yang semalam masih gw letakan dilantai.
“apa ini” gumam gw ketika membuka resleting dibagian depan dan mendapati sebuah benda kecil yang terbungkus kain hitam dengan tulisan rajah arab yang gw sendiri tidak mengerti apa artinya, segera gw buka kain hitam tersebut dan mendapati sebuah keris kecil atau lebih mirip disebut kujang kecil, benda itu terlihat hanya sebesar jari telunjuk gw, tapi terlihat tua dan unik.
“siapa yang menaruh benda ini di tas laptop gw” ucap gw kepada diri sendiri, pikiran gw kembali teringat kepada bapak yang hobi mengkoleksi barang2 antik, insting gw mengatakan mungkin benda ini sengaja diletakan bapak gw di dalam tas laptop ini, tapi untuk apa? Pikiran gw kembali mencoba menerka2 kemungkinan.
“ahh masa bodo lah, gw udah kesiangan” ucap gw sambil mengeluarkan benda itu dari dalam tas lalu meletakannya dibawah tataan baju didalam lemari, dan bergegas menuju ke meja makan untuk menyelesaikan sarapan.
“baju sudah rapi, perut sudah kenyang, tas sudah siap, saatnya berangkat dan menunggu imron diluar” tangan gw segera mengambil kunci serep yang diletakan dimeja, dan melangkahkan kaki kearah pintu, disaat kunci pintu sudah masuk kedalam lubangnya dan kunci mulai terbuka disaat itu juga terdengar suara, yang menurut gw hampir menyerupai bantingan.
“brakkkkk” lama gw terpana dalam rasa kaget, dan mencoba mencari tau asal muasal suara tersebut, dengan langkah kaki yang gw gerakan secara perlahan, gw menuju ke arah kamar gw dan tidak mendapati apa2 didalam kamar, disaat didalam kamar kembali gw mendapati suara pintu stenlis yang terbanting dan gw sangat yakin kalau suara tersebut berasal dari arah kamar mandi.
“brengsek” teriak gw agak kaget mendengar suara itu, bergegas gw keluar kamar dan melangkahkan kaki ke arah kamar mandi, langkah kaki gw berjalan dengan sangat perlahan, ada kekhawatiran akan adanya seseorang yang memasuki rumah ini, tangan gw segera mengambil sebuah hiasan ukiran kayu yang terletak diruang tengah, buat gw cukuplah benda ini sebagai senjata pembela diri selain kekuatan ilmu utama gw yaitu kabur berlari dan berteriak minta tolong,
Sial benar diri gw ini andaikan memang benar adanya seorang maling yang memasuki rumah disaat hari pertamai gw harus memulai bekerja, rasa takut segera menyergap gw ketika melihat pintu kamar mandi yang terlihat terbuka, dalam pikiran, gw telah menutupnya dengan menggunakan grendel dari luar kamar mandi tapi kini terlihat terbuka.
“positif, pasti ada maling nih” ucap gw dengan rasa takut.
“siapa didalam?” kini nada suara gw terdengar meninggi dengan harapan ada efek rasa takut bagi maling tersebut, tangan kiri gw perlahan mendorong pintu kamar mandi dengan tangan kanan yang menggenggam erat hiasan ukiran kayu, perlahan pintu mulai terbuka diiringi hembusan angin dingin yang menerpa wajah gw, kini gw dapat melihat ruangan didalam kamar mandi yang tampak kosong melompong, gw coba memperhatikan langit2 kamar mandi dan semua masih terlihat normal, hingga akhirnya mata gw menangkap sebuah perubahan yang terjadi dikamar mandi, bak plastik yang semula gw letakan diatas sumur kini tampak sudah berada dilantai tanpa ada satupun pakaian kotor yang berhamburan dari bak plastik itu, pikiran gw langsung berasumsi bahwa bak plastik ini jatuh dalam posisi tidak terbalik sehingga pakaian2 tersebut tidak berhamburan keluar, demikian juga dengan penyebab jatuhnya mungkin disebabkan oleh adanya hewan seperti tikus yang mendorong bak plastik tersebut, akhirnya gw putuskan mengisi air rendaman kedalam bak plastik tersebut, tapi kembali gw dikejutkan dengan bocornya bak plastik tersebut.
“apakah mungkin dengan posisi sumur yang tidak terlalu tinggi ini, jatuhnya menyebabkan bak plastik pecah ?” tanya gw dalam hati, dan kembali pikiran positif gw berbicara mungkin tadi gw tidak melihat kalau bak plastik ini sebenarnya memang sudah bocor/retak dibagian bawah, dan pintu kamar mandi yang terbuka, karena gw tidak sempurna menutup pintu kamar mandi, serta hembusan angin yang bisa berasal darimana saja bisa menghempaskan pintu stenlis yang ringan itu.
“tidak perlu berpikir horor semua bisa dijelaskan dengan akal sehat” ucap gw sambil bernafas lega, entah mengapa kembali ada hembusan angin dingin yg gw rasakan, pasti ada ventilasi udara yang menyebabkan angin ini bisa masuk ke ruangan ini, pikir gw mencoba mencari alasan yang realistis, hingga akhirnya terdengar suara imron yang tampaknya sudah menunggu gw diluar.
“ada apa pak reza, koq mukanya tampak tegang ?” tanya imron begitu melihat gw keluar dari pintu rumah.
“enggak ada apa2 mas imron, biasa efek tegang hari pertama kerja” jawab gw tanpa berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya, karena gw tidak mau semua kejadian ini nantinya dihubung2kan dengan peristiwa supranatural sebuah peristiwa yang diluar akal sehat gw.
“ohh gitu ya pak” tampak imron tidak begitu saja mempercayai ucapan gw, semua terlihat dari cara tatapan matanya melihat gw, hingga akhirnya mobil yang dikendarai imron pun mengantarkan gw ke kantor cabang.
Hari pertama gw bekerja dimulai dengan perkenalan, pengenalan perusahaan dan training pekerjaan untuk posisi yang akan gw tempati, hingga akhirnya waktu istirahat tiba dan gw kembali berjumpa dengan minto dan indra, tampak pak yanto, tutor training gw ikut bergabung dalam makan siang ini, sebuah percakapan ringan berlangsung mengiringi makan siang.
“gimana dengan akomodasinya pak reza, apakah nyaman?” sebuah pertanyaan terlontar dari mulut pak yanto, terlihat sebuah kedipan mata dari indra kepada pak yanto, apakah itu semacam kode atau apalah tapi yang pasti gw tidak terganggu dengan pertanyaan itu.
“nyaman pak, kamarnya luas, bangunannya unik, yang pasti bersih” jawab gw memberikan nilai positif pada bangunan tersebut.
“buktinya saya bisa sampai terlambat masuk karena lelapnya tidur” ucap gw kembali disambut gelak tawa mereka.
Tanpa terasa hari sudah beranjak sore, hingga tiba waktunya untuk pulang, ini adalah hari untuk pertama kalinya gw mengetahui angkot yang biasa melewati mess gw, dalam perjalanan tidak henti2nya indra dan minto menjelaskan obyek2 yang kami lalui, hingga akhirnya tanpa terasa kami sudah tiba didepan mess, tampak cahaya redup lampu dibagian depan rumah sedikit mungurangi gelapnya malam.
“begitu indah dan unik bangunan ini” puji gw mengagumi bangunan tersebut, pintu pagar besi kuno yang terlihat sudah termakan umur menyambut kedatangan kami, setelah mengucapkan salam, tampak mas dikin membukakan pintu, segera kami menuju kamar masing2 dan bergegas mandi, hidangan hangat yang tersaji dimeja makan membuat kami untuk segera menyelesaikan acara bersih2 badan ini.
“sory ndra, gw mau tanya” ucap gw kepada indra ketika kami menyaksikan tv selepas makan malam.
“ada apa za?”
“tadi gw lihat, lu agak kurang senang mendengar pertanyaan pak yanto”
“ahh mungkin itu hanya perasaan lu aja za” jawab indra dengan tersenyum, terlihat indra mencoba kembali mengalihkan pembicaraan ini.
“besok jangan kesiangan lagi za, gw udah ngantuk nih” ucap indra sambil menguap, seiring mulut indra yang menguap mata gw melihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam, tampak terlihat minto yang tertidur di bangku panjang ruang tengah.
“gw duluan tidur za, udah minto jangan dibangunin, kasihan tampak lelah bangat” tatapan mata indra melirik ke arah tubuh minto yang tertidur lelap, lalu bergegas menuju kamar, sejenak gw masih terdiam menatap layar tv, hingga akhirnya gw pun mengikuti jejak indra untuk tidur, segera gw matikan tv dan lampu diruangan tengah dan tamu, hingga menyisakan dua lampu redup yang masih menyala di ruangan dapur dan depan rumah.
Gw sempatkan terlebih dahulu untuk membaca beberapa halaman buku sebelum tidur dan akhirnya gw pun tertidur, hingga akhirnya sebuah suara geraman yang menyerupai suara geraman hewan serta beberapa kali suara seperti suara pukulan di dinding kamar membuat gw terjaga, lama gw terdiam dan tidak bergerak dipembaringan, gw berpikir ini hanyalah mimpi yang terdengar jadi nyata hingga bisa membangunkan tidur gw, segera gw raih jam tangan yang sengaja gw letakan dimeja kecil, dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul 2.30 pagi.
“baru kali ini mimpi gw terasa nyata banget, aneh” ucap gw kepada kesunyian.
“ohh mungkin ini merupakan alarm gw untuk buang air kecil” ucap gw kembali begitu menyadari gw telah menahan keinginan untuk buang air kecil, bergegas gw melangkah menuju kamar mandi, tampak terlihat minto yang masih tertidur dengan lelapnya di kursi panjang itu.
“wihh nih orang kuat banget tidur disitu” gumam gw dengan rasa heran, gelapnya ruang tengah ditambah dengan redupnya nyala lampu didapur sedikit mengganggu pandangan gw yang belum sempurna karena baru bangun tidur, dengan langkah gontai segera gw teruskan langkah kaki ini ke arah kamar mandi.
“siapa itu? seperti mas dikin” ucap gw dengan sedikit memastikan bahwa gw melihat seseorang yang sedang duduk dimeja makan dengan posisi badan membelakangi jalan menuju kamar mandi, dari bentuk tubuhnya gw bisa memastikan itu mas dikin.
“ehh mas dikin, lagi enggak bisa tidur ya?” tegur gw sekenanya tanpa berharap jawaban, karena kondisi gw juga masih dalam kondisi setengah mengantuk, sejenak gw lihat posisi kepala mas dikin sedikit mengangguk di iringi suara jawaban.
“he’ehh” terdengar pelan seperti orang yang malas2an menjawab, ada kurang lebih gw berada dikamar mandi 2 atau 3 menit, dan akhirnya gw pun kembali ke kamar, kali ini tampak mas dikin sudah tidak berada didapur, setelah meminum segelas air putih akhirnya gw pun kembali ke kamar.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 4
Hari ke 3 di mess, pengakuan dikin dan minto serta fenomena lainnya
Mana mungkin dikin bisa menyangkal semua itu, begitupun dengan ketakutan minto yang tidak beralasan, semua fonomena ini harus dijelaskan dengan akal sehat.