Cerita Horror: Jeritan Malam Chapter 28

Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis

Sebuah pembuktian bagian enam belas, terungkapnya sejarah mess..

<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 27

“lantas bagaimana mbah bisa yakin dengan hesti yang kami temui adalah hesti yang mbah maksud?” tanya gw dengan sedikit rasa khawatir mbah ini salah menerka hesti yang kami maksud.

“dari semua yang kamu jelaskan tadi hingga saat kamu melihatnya menuju ke salah satu tempat perjanjian dengan setan, saya sudah bisa memastikan bahwa itu hesti yang di maksud, saya sudah terlalu tua untuk dibodohi dengan parasnya yang mungkin masih muda”

“bagaimana mungkin bisa masih muda mbah?” kini minto ikut bingung dengan penjelasan mbah warsono.

“apa yang tidak mungkin, apakah saya sudah terlihat seperti lelaki tua yang berusia 107 tahun, yang membedakan hanya caranya, saya masih terlihat seperti ini karena prosesi kanuragan saya, sedangkan hesti.. itu semua karena prosesi ritualnya dengan setan..” terlihat minto dan mas dikin saling berpandangan, sedangkan gw hanya tertunduk terdiam menyesali semua yang telah gw lakukan.

“nak reza, saya bukan ahli agama dan orang pintar, ada baiknya nak reza membicarakan semua kejadian yang nak reza lakukan, semoga ada jalan keluar dari semua ini..”

“saya cuma bisa menjelaskan, bahwa 3 kelopak bunga yang kamu makan adalah sebuah tanda akan 3 tumbal yang telah kamu setujui untuk dikorbankan”

Setelah berbicara cukup panjang lebar tentang segala hal yang berbau hal hal yang ghoib dan kanuragan, hari tidak terasa mulai beranjak sore dan kami memutuskan untuk berpamitan pada mbah warsono, dengan berbagai macam pertimbangan akan keselamtan kami akhirnya mbah warsono memutuskan untuk mengantar kami sampai tempat dimana mobil kami terparkir.

“ada satu hal yang ingin saya tunjukan kepada kamu..” ucap mbah warsono, tangan kanan mbah warsono terlihat menutupi kedua mata gw, sedangkan tangan yang kiri terasa seperti menjentik2an jari jemarinya dikepala seperti layaknya orang yang sedang menekan tombol keyboard.

“buka mata kamu secara perlahan.. dan coba lihat kearah deretan pohon pohon besar didepan kamu”

Dengan sangat perlahan gw coba untuk membuka mata dan mencoba melihat seperti petunjuk yang diberikan mbah warsono, hal pertama yang gw rasakan adalah pengelihatan gw seperti berbayang bayang hingga akhirnya semua terlihat begitu jelas dan nyata, gw bisa melihat beberapa mahluk2 yang menyerupai manusia dengan tubuh kerdil hilir mudir berjalan memasuki hutan, ada beberapa diantaranya yang terlihat membawa ikan ditangannya, mungkin mereka merasakan bahwa kehadiran mereka bisa gw lihat, dengan suara yang hampir menyerupai suara bebek, terlihat mereka dengan serempak berlari menembus lebatnya hutan dan menghilang, kini mbah warsono kembali menutup pengelihatan gw dengan telapak tangannya, mulutnya seperti berkomat kamit kecil dan mengakhirinya dengan sebuah elusan dikepala gw.

“itu salah satu contoh kehidupan yang menemani saya tinggal di hutan ini, tidak semuanya yang berbentuk ghoib itu jahat dan menyesatkan..” sambil tersenyum mbah warsono mengambil sesuatu dari kantong celananya dan menyerahkannya pada gw, seraya berpesan untuk membuktikan apa yang pernah dijelaskannya mengenai hesti dan mess tua itu.

“setelah kamu membuktikannya, tolong kamu buang benda ini.. dengan sendirinya dia akan kembali pada saya” ucapnya sambil melangkahkan kaki menembus dan menghilang dalam hutan yang mulai tertutup kabut dan kegelapan, Ini adalah sebuah puncak dari perjalanan untuk sebuah pembuktian..

Tepat jam 11 malam kami tiba di kediaman pak sukuk, sebuah prosesi ritual ternyata telah kembali dilakukan oleh pak sukuk dengan dibantu beberapa warga desa, kami hanya bisa menunggu semua prosesi itu selesai, hingga akhirnya sebuah kabar menggembirakan datang, indra yang sudah terbaring tidak sadarkan diri dalam beberapa hari kini sudah mulai kembali sadar, raut wajah kegembiraan juga terlihat dari wajah pak sukuk, mungkin dia merasa senang karena telah berhasil menyelesaikan semua prosesi ritual penyelamatan ini dengan hasil menggembirakan.

“sebenarnya apa yang terjadi dengan indra.. pak?” minto mencoba mencari tahu penyebab indra bisa tidak sadarkan diri selama itu.

“dik indra hanya tersesat, seperti layaknya kita tersesat.. hanya dimensinya saja yang berbeda.. ditambah ada gangguan mahluk halus yang berupaya menghalangi indra untuk kembali ke tubuhnya..” terang pak sukuk mencoba memberi penjelasan berdasarkan pengelihatannya.

Setelah beristirahat dan menyerahkan sejumlah uang kepada warga desa sebagai bentuk rasa terima kasih kami, akhirnya ke esokan harinya kami berpamitan untuk kembali pulang ke mess.. sebuah tempat yang menjadi awal dari semua perjalanan ini.

“sebenarnya apa yang lu alami selama lu enggak sadarkan diri ndra..?” hembusan asap rokok tebal seakan membuang semua rasa penasaran gw akan sejarah mess dan sosok hesti yang misterius.

“semua terasa gelap za.. hanya kegelapan yang gw temui ketika gw terbangun dari tidur, sosok lu yang sebelumnya terbaring disamping gw.. seakan lenyap tak berbekas.. gw benar benar bingung za.. benar benar kehilangan arah..” indra mencoba menerangkan semua itu dengan rasa ketakutan yang dalam, jari jemari tangannya yang terselip sebatang rokok terlihat bergetar.. setiap helaan nafasnya berupaya menghilangkan semua kejadian buruk itu dari memori pikirannya.

“sejujurnya gw mendengar suara lu.. disaat prosesi ritual yang dilakukan oleh pak sukuk..”

“itu memang gw za.. gw melihat kalian duduk sangat jauh ditempat yang sangat terang.. mungkin ditelinga lu suara gw seperti sebuah bisikan, tapi kenyataan yang terjadi gw berteriak sebisa bisanya agar lu bisa mendengar semua ucapan gw, sosok2 hitam seperti kera itu benar benar menakutkan, keinginan gw untuk menghampiri kalian gw urungkan karena rasa takut gw akan sosok itu mengalahkan keberanian gw.. hingga akhirnya di waktu yang lain.. gw kembali melihat cahaya terang itu tanpa ada satupun sosok mahluk hitam yang menghalangi langkah gw.. hingga akhirnya gw tersadar, dan mendapati diri gw sedang berada diantara pak sukuk dan warga desa lainnya..” ada nada kelegaan yang indra rasakan ketika kata kata terakhirnya terucap.

“sukurlah ndra.. andai terjadi apa apa dengan lu.. gw merasa sebagai orang yang paling bersalah..” ucap gw sambil berusaha merangkul bahu indra.

“jadi bagaimana za.. lu udah puas kan..?” terlihat minto menolehkan kepalanya sambil tersenyum.

“tinggal sebuah pembuktian…” jawab gw sambil mengeluarkan sebuah cincin yang diberikan mbah warsono.

“sebaiknya kita mampir dulu ke tempat makan hesti, sebelum menuju ke mess..kebetulan perut kita sama sekali belum terisi” usul minto, yang langsung kami setujui.

Seperti biasa yang kami temui, tempat makan yang dikelola hesti selalu penuh dengan pembeli, tidak siang ataupun malam.. tidak hari libur ataupun hari kerja, seakan akan daya tarik rumah makan ini begitu besar, entah orang yang datang ke tempat ini karena kelezatan makanannya atau mereka hanya terpikat oleh paras dan kemolekan tubuh hesti, setelah memesan beberapa makanan dan menyantapnya, kami menunggu kehadiran sosok primadona rumah makan ini, hingga akhirnya setelah menunggu beberapa lama sosok yang kami nantikan itu hadir dengan sejuta pesonanya, tubuhnya yang molek selalu menunjang apapun bentuk pakaian yang dikenakannya, senyum indahnya yang selalu terpancar dari wajahnya seperti menghipnotis setiap pengunjung yang ada, andai kami tidak pernah bertemu dengan mbah warsono, mungkin kami akan kembali menelan ludah dalam2.. menahan semua nafsu yang kami rasakan.. tatapan mata hesti perlahan tehenti sejenak ketempat dimana kami duduk, senyum dan ramah katanya yang biasanya selalu menyambut kedatangan kami, kini seolah2 menghilang… mungkin dia masih menyimpan dendam atas rasa malu yang dirasakan atas peristiwa yang pernah terjadi di mess.

Mata gw menatap indra dan mas dikin, sekedar memberi kode kepada mereka untuk mengenakan cincin yang diberikan oleh mbah warsono.

“gw enggak mau za, lu aja.. gw masih trauma melihat sesuatu yang menakutkan” ucap indra menolak penawaran yang gw ajukan.

“sama seperti pak indra.. saya juga enggak mau..” hingga akhir tatapan mata gw menatap minto yang sepertinya menunggu penawaran yang datang, dengan perlahan minto mengenakan cincin dijarinya dan dengan sekejap juga melepaskannya kembali.

“astaga za.. sumpah gw mual.. pulang yuks..” ucap minto sambil memalingkan pandangannya dari hesti yang terlihat sedang tertawa melayani pembeli, tertarik dengan ucapan minto, segera gw kenakan cincin pemberian mbah warsono itu.. dan tepat seperti yang dirasakan minto.. gw pun merasakan hal yang sama, seorang wanita tua dengan kulit yang terlihat sudah keriput.. sedang berdiri mengenakan pakaian layaknya anak muda, terlihat sedang bercanda tawa dengan gaya genitnya, bila membayangkan apa yang gw saksikan ini dengan apa yang pernah hampir gw lakukan dengan wanita ini, rasanya ingin memutar semua waktu itu dan menghapus bagian yang merekam semua kejadian itu.. ini benar benar gila.. sangat gila..

“mas dikin tolong bayar..” pinta gw sambil menyerahkan beberapa lembar uang, lalu segera beranjak pergi diikuti indra dan minto.

Sesampainya didalam mobil wajah minto terlihat agak shock dengan apa yang sudah dilihatnya, begitu juga dengan indra dan mas dikin yang berupaya untuk tidak menanyakan apa yang sudah kami lihat.

“ternyata mbah warsono itu enggak bohong.. za..” gw hanya terdiam mendengar pernyataan minto, hingga akhirnya mobil yang dikemudikan mas dikin tiba di mess tua, tempat dimana kami tinggal.

“saya balikin mobil ke rental dulu pak..” ucap mas dikin begitu kami sudah turun dari mobil, dengan langkah berat minto membuka pintu rumah sambil memperhatikan debu2 yang terlihat mengotori meja, rupanya sudah terlalu lama kami meninggalkan mess ini tanpa sama sekali bersentuhan dengan manusia, udara didalam ruangan yang sebelumnya terasa dingin dan lembab.. kini terasa semakin dingin dengan bau layaknya sebuah ruangan kosong yang sudah lama tidak berpenghuni.

“gw mandi dulu za..” ucap indra sambil berlalu menuju kamar mandi, terlihat minto membawa pakaian kotornya kedalam kamar, dan gw masih terpaku sendiri di ruang tamu, memandang setiap detil sudut ruangan sambil membayangkan peristiwa peristiwa yang pernah terjadi di mess ini, seperti apa yang pernah di ceritakan oleh mbah warsono”

“sungguh tragis..” ucap gw pelan setelah membayangkan semua peristiwa yang pernah terjadi, dan malam ini gw akan membuktikan apa yang pernah dikatakan oleh mbah warsono, apakah gw akan melihat sosok2 penghuni mess ini..

Tepat jam 9 malam, kami memutuskan berkumpul diruang tamu ditemani teh manis hangat yang sudah dipersiapkan oleh mas dikin, kami berembuk cukup lama membahas rencana kami malam ini untuk mengetahui sosok sosok apa saja yang selama ini menghantui kami, penawaran gw kepada mas dikin, indra dan minto berakhir dengan penolakan, kini hanya gw sendiri yang menjadi calon semua pembuktian ini.

“bagi gw rokok ndra..” dengan tangan sedikit gemetar gw mulai menyulut rokok dan menghembuskan asapnya yang putih pekat, rasa takut dan penasaran kini seperti berpadu menjadi satu, sejenak gw terdiam mencoba menghimpun keberanian dengan memandang cincin yang sengaja gw letakan di atas meja.

“sebesar apapun rasa takut yang gw alami.. gw harus berani..” ucap gw dengan nada meninggi, lalu segera mengenakan cincin pemberian mbah warsono.

“zaaa..” terlihat minto sedikit ragu untuk mengikuti langkah kaki gw yang bergerak menuju ruang tengah.

“berisik to..” ucap gw sambil memberikan tanda kepada minto untuk menghentikan ucapannya, baru saja gw mencegah minto untuk berbicara lebih lanjut.. tatapan mata gw menangkap sosok seorang wanita tanpa kepala dengan rantai kaki menimbulkan bunyi gemerincing dilantai, terlihat mengambang memasuki kamar minto.. lehernya yang terlihat masih menampakan rembesan darah segar.. seketika membuat nyali gw menciut dan memutuskan untuk segera melepaskan cincin pemberian mbah warsono.

“ini cukup.. cukupp..!!, gw percaya dengan omongan mbah warsono..” teriak gw, sambil melangkahkan kaki keluar rumah.. setelah menatap kembali cincin pemberian mbah warsono itu cukup lama, akhirnya gw memutuskan untuk membuangnya sejauh jauhnya.. sejauh ucapan terima kasih gw untuk mbah warsono yang telah membantu gw menyingkap semua misteri ini dan menghilangkan semua rasa penasaran yang gw rasakan..

Malam ini kami terdiam menatap gelapnya langit malam dengan sebuah kenyataan..bahwa di mess tua ini kami hidup berdampingan dengan mahluk2 yang tak kasat mata.. hanya ada beberapa pilihan untuk menyikapi ini semua.. hidup berdampingan dengan resiko ketakutan yang selalu menghantui.. atau pergi meninggalkan semua ini dengan sebuah hasil pembelajaran dari sebuah pembuktian.. dan malam ini hanya menyisakan sebuah perbincangan kecil yang belum bisa gw sepakati dengan sesuatu yang bersifat ghoib yaitu…. tumbal.


>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam epilog 1

Inilah harga yang harus gw bayar dengan mahal dari semua pembuktian ini?

Tinggalkan komentar