Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Sebuah pembuktian bagian tiga belas, terungkapnya sejarah mess..
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 24
Pikiran gw menerawang jauh seiring langkah kaki ini, akan kemanakah orang tua ini akan membawa langkah kaki ini.. tatapan gw mencoba mencari tau jawaban dari semua pertanyaan ini, tapi tatapan mata minto terlihat terlalu dingin untuk memberikan jawabannya, hingga akhirnya langkah kaki gw terhenti pada salah satu pintu kamar yang masih tertutup rapat, untuk sekali lagi mata pak susuk menatap gw seakan memberikan sebuah pertanyaan siapkah gw untuk menerima apa yang akan gw saksikan dibalik pintu kamar yang tertutup rapat ini.
Dengan perlahan tangan pak sukuk membuka pintu dan melangkahkan kakinya kedalam kamar, sempat muncul keraguan didalam hati gw untuk melangkahkan diri kedalam kamar yang terlihat gelap karena gorden2 yang masih tertutup rapat.
“masuk dik reza..” ucap pak sukuk yang hanya terdengar suaranya karena terhalang oleh pintu yang terbuka.
Tempat apa ini.. pikir gw didalam hati, dengan penuh keraguan akhirnya gw beranikan diri untuk melangkah memasukinya, kini tampak dihadapan gw sebuah pemandangan yang sangat tidak gw inginkan, terlihat pak sukuk berdiri di depan sebuah ranjang.. dimana di ranjang tersebut terbaring seseorang yang masih belum bisa gw pastikan siapa..
“za..” tepukan tangan minto dibahu ini seakan menyadarkan gw untuk menghampiri ranjang tersebut, tatapan mata minto terlihat mencoba memberikan gw sebuah kekuatan untuk melangkah.. langkah kaki yang gw seret secara perlahan seolah mewakili kecemasan yang gw rasakan.. hingga akhirnya.. tatapan mata gw secara jelas bisa memastikan siapa sosok yang terbaring diranjang itu..
“ini enggak mungkin.. benar benar enggak mungkin..!!” ucap gw dengan nada ketidak percayaan.
“zaa.. ini bukan mengenai mungkin dan enggak mungkin lagi.. tapi ini kenyataan.. kenyataan yang sudah ada di depan mata lu” cengkraman jari jari minto dibahu ini seakan berusaha menahan gejolak perasaan yang gw rasakan.
“tapi to..”
“kita enggak usah lari dari kenyataan ini za.. enggak usah lagi lu menampik kenyataan yang udah di depan mata”
Andai minto mengerti apa yang ada di pikiran gw, tentu dia akan meminta gw untuk mengatakan semua itu.. ini benar benar diluar bayangan gw andaikan memang tumbal dari ritual gw itu memang nyata adanya, dua sosok sketsa wajah yang gw lihat didalam air itu hampir bisa gw pastikan bukan sosok yang terbaring di ranjang ini.. tapi.. apa maksud dengan tiga kelopak bunga yang diharuskan oleh mbah wodo untuk gw makan.. ataukah ada sketsa wajah yang terlewat untuk gw perhatikan di air yang beriak itu?
Diantara pertanyaan2 yang menggelitik logika berpikir gw, kini sosok yang yang terbaring di ranjang ini memberikan gw sebuah tanda tanya besar akan kondisinya, gw enggak siap untuk menyaksikan sebuah kematian akibat dari ritual konyol yang gw lakukan dan tidak gw yakini kebenarannya.. dengan jari tangan yang bergetar gw coba untuk memastikan masih ada nafas yang terhembus dari sosok yang terbaring di ranjang.. begitu mendapati adanya tanda tanda kehidupan.. kaki gw serasa lemas untuk menerima kondisi menggembirakan ini.
“ndraaa.. bangun ndra.. ini gw reza ndra.. mimpi buruk kita udah berakhir ndra..!!” teriak gw dengan histeris seraya mengguncang2kan tubuh indra yang terbaring di ranjang.
“zaaaa..” minto mencoba menghentikan gejolak emosi yang gw rasakan, terlihat indra masih tertidur dengan pulasnya, raut wajahnya tidak merespon kegembiraan yang gw rasakan, perlahan tapi pasti kegembiraan yang gw rasakan akhirnya memudar seiring respon dingin yang diberikan indra, baru kali ini gw meneteskan air mata untuk sebuah arti persahabatan, seseorang yang selama ini telah menjadi teman dalam semua suka dan duka.. seseorang yang telah menjadi teman dalam menjalani perjalanan hidup yang penuh dengan kejadian2 tidak masuk akal.. kini terbaring tidak berdaya dalam sebuah mimpi panjang.. yang entah kapan berakhirnya.
“maafin gw ndra.. udah melibatkan lu dalam pencarian ini.. gw mohon bangun ndra.. bangunn..” rasanya percuma saja gw mengguncang2kan tubuh indra, justru disetiap guncangan yang gw berikan semakin memberikan gw keyakinan.. indra yang terbaring di ranjang hanyalah sebuah sosok raga yang bernafas.
“sabar dik reza.. kamu harus tenang..” ucap pak sukuk mencoba menenangkan.
“apa yang sebenarnya terjadi dengan indra pak..?” tanya gw berharap sebuah jawaban yang bisa menenangkan kegelisahan yang gw rasakan.
“saya belum tau dik reza.. justru itu yang saya ingin cari tau..” jawab pak sukuk dengan jujurnya, mendapati jawaban pak sukuk yang penuh dengan ketidak pastian, kembali gw teringat akan sosok mas dikin yang sampai saat ini belum gw lihat kehadirannya.
“teman saya yang satu lagi dimana pak?” tanya gw dengan kekhawatiran, gw hanya berharap apa yang terjadi pada indra tidak menimpa mas dikin.
“ohh dik dikin.. dia sedang mencari keperluan yang saya butuhkan untuk mencari tau apa yang terjadi dengan teman kamu ini nanti malam” jawab pak sukuk sambil mengajak gw dan minto untuk keluar kamar.
“mari diminum dulu dik..” ucap wanita setengah tua, yang rupanya merupakan istri pak sukuk, tiga gelas kopi panas terlihat sudah terhidang diatas meja, sambil tersenyum wanita tersebut beranjak pergi meninggalkan kami.
“sebenarnya apa yang terjadi dengan saya dan indra pak.. soalnya minto enggak mau nerangin..”
“bukan enggak mau nerangin za, soalnya gw lihat lu masih belum stabil, makanya gw nahan diri buat nerangin” ucap minto membela diri.
“sudah sudah.. jangan bertengkar terus” terlihat sikap kebapakan ditunjukan oleh pak sukuk, sambil mempersilahkan kami meminum kopi yang masih terlihat panas.
Setelah sedikit berbasa basi, akhirnya keluarlah sebuah kisah yang di ceritakan oleh pak sukuk, berawal dari kedatangan minto dan mas dikin, hingga proses pencarian kami yang hampir memakan waktu dua hari lamanya.
“dua hari!!?” tanya gw dengan penuh ketidak percayaan, terlihat wajah pak sukuk dan minto menanti penjelasan lebih lanjut lebih dari sebuah pertanyaan atas keterkejutan gw.
“soalnya begini pak, yang saya rasakan.. saya hanya mengalami kejadian itu hanya beberapa jam walaupun memang aneh..”
“aneh gimana za?” terlihat kini minto berganti bertanya.
“gw merasa waktu berjalan dengan normal to.. tapi yang buat gw heran.. kegelapan malam yang gw rasakan sepertinya panjang banget.. hingga akhirnya ketika cahaya datang kami tertidur kelelahan dipinggir jalan”
“pinggir jalan?” kini terlihat raut ketidak percayaan di wajah minto
“kami tuh bolak balik mencari lu ke tempat kediaman mbah wodo za.. tapi kami enggak menemukan kalian.. tapi herannya ketika kami menemukan kalian..” minto menghentikan ucapannya sejenak lalu meneguk kopi yang masih terlihat kepulan asapnya.
“kalian tuh ada di tempat pertama kali kita menemukan motor hesti terparkir.. kalau gw pikir pikir za.. kami tuh sudah melewati tempat itu beberapa kali, tapi enggak menemukan kalian..”
“apakah lu menemukan rumah mbah wodo…to?”
“enggak za.. rumah orang tua aneh itu seperti lenyap ditelan bumi”
Sungguh aneh penjelasan yang minto berikan.. bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi seperti itu, apakah gw dan indra berada didalam dimensi yang berbeda hingga minto dan yang lainnya tidak bisa melihat keberadaan kami, sulit rasanya bagi gw untuk mempercayai ini semua.
“aneh..” ucap gw pelan sambil ikut meneguk kopi yang dihidangkan.
“aneh bagaima dik reza?” tanya pak sukuk yang terpancing ucapan gw, sebelum sempat gw menjawab kembali pak sukuk meneruskan perkataannya.
“semua bisa saja terjadi bila tuhan berkehendak.. yang mungkin menjadi enggak mungkin begitu juga sebaliknya”
“maaf pak sukuk, teman saya ini agak susah menerima hal hal yang ghoib” ucap minto berharap sebuah pengertian dari pak sukuk.
“kalau boleh saya bertanya.. apakah kamu enggak merasa takut dengan semua yang telah kamu lihat?” tanya pak sukuk mencoba menggali sesuatu dari gw.
“bukan begitu pak sukuk.. tolong jangan salah mengerti, saya bukannya enggak takut dengan semua yang saya lihat.. sejujurnya saya takut.. saya masih manusia juga pak.. yang punya rasa takut.. tapi..”
“tapi apa?”
“takut.. bukan berarti membutakan pemikiran saya sendiri, masih banyak peristiwa2 aneh yang bisa dijelaskan secara lebih ilmiah.. enggak selalu semuanya itu ulah mahluk ghaib dan menutup mata pada hal yang lain..”
“hmm masuk akal.. menarik.. saya bisa menerima.. tapi ada satu hal yang kamu lupa dik reza..” gw hanya terdiam mencoba mendengarkan ucapan pak sukuk.
“sebenarnya kamu mempercayai hal yang ghaib.. tapi kamu ragu dengan apa yang kamu lihat dan rasakan.. apakah itu hal yang ghoib atau bukan.. kamu ingin membuktikan semua rasa keingin tahuan kamu.. tapi kamu melupakan kekuatan yang diberikan tuhan kepada mahluk ciptaannya” terlihat pak sukuk sedikit tersenyum melihat gw yang mencoba memahami semua ucapannya.
“kita sama2 enggak tau seberapa besar kekuatan yang mahluk ghoib miliki.. begitu juga dengan mahluk ghoib itu sendiri.. dan sekarang kamu sedang menghadapi salah satu bentuk kekuatan yang tidak kasat mata itu” ucap pak sukuk kembali dengan pandangan berharap gw bisa menerima semua penjelasan ini, setelah mencoba merenungi lebih lama, akhirnya gw bisa sepaham dan menyetujui apa yang dijelaskan pak sukuk.
Samar samar kembali terdengar suara kumandang suara azan, yang menandakan waktu sudah berganti dari terangnya cahaya matahari berganti dengan redupnya cahaya bulan, untuk kali ini gw tidak merasakan kembali rasa sakit yang tadi gw rasakan, raut wajah minto terlihat begitu lega melihat gw tidak menunjukan perubahan tingkah laku.
“lebih baik kalian sholat magrib dulu” ucap pak sukuk kepada kami tanpa beranjak melakukan apa yang diucapkannya.
“ayo to…” ajak gw kepada minto, entah mengapa muncul keinginan untuk melaksanakan sesuatu yang sangat jarang gw lakukan.
“tumben za..” jawab minto sambil tersenyum dan mengajak gw menuju ke tempat wudhu, disinilah muncul keanehan yang lain, disaat air mulai menyentuh wajah ini, ada rasa pedih yang gw rasakan disekitar wajah, hingga akhirnya gw terdiam dan ragu untuk melanjutkannya.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 26
Sebuah pembuktian bagian empat belas, terungkapnya sejarah mess..