Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Sebuah pembuktian bagian dua belas, terungkapnya sejarah mess..
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 23
“tenang za.. tenang..”
“dimana indra dan mas dikin.. to.. dimanaaa?” tanya gw dengan nada meninggi penuh kecemasan, cengraman tangan gw berusaha mengguncang2 tubuh minto yang belum juga menjawab pertanyaan yang gw ajukan.
“mereka ada di kamar yang lain.. sebaiknya lu tenang dulu za.. istirahat dulu..” mendengar keterangan dari minto yang terdengar penuh keraguan, bayangan gw tentang hal hal yang buruk yang mungkin terjadi pada mas dikin dan indra seperti memenuhi pikiran ini, tanpa berpikir panjang segera gw bangkit dari tempat tidur untuk mencari keberadaan indra dan mas dikin, baru saja gw berdiri dan coba melangkah.. tatapan mata ini masih terasa nanar begitu juga dengan kaki gw yang masih terasa lemah untuk menahan bobot tubuh ini, melihat gw yang hampir terjerembab jatuh, dengan sigap minto dibantu beberapa pria yang masih berada dikamar, berusaha menahan tubuh gw terjatuh dan kembali merebahkan gw di tempat tidur.
“zaa.. za.. masih aja lu keras kepala” ucap minto menggeleng gelengkan kepalanya.
“sebaiknya kami pamit, biar mas reza bisa istirahat, bila ada perlu apa apa, jangan sungkan2 untuk minta bantuan sama pak sukuk, kami siap membantu” ucap bapak yang terlihat cukup berumur sambil menyalami tangan gw dan minto.
“terima kasih atas bantuan bapak2 sekalian” terlihat anggukan dari kepala mereka, menunjukan keramah tamahannya, setelah itu mereka pergi meninggalkan kamar.
“pak sukuk?” ucap gw pada minto penuh kebingungan.
“nama pemuka desa ini za.. pemilik rumah ini”
“to.. tolong jujur sama gw, apa yang terjadi dengan indra dan mas dikin?” terlihat minto berusaha menutupi sesuatu dengan cara mengalihkan setiap pertanyaan gw.
“sudahlah za.. sebaiknya lu makan dulu.. nanti pasti gw jelaskan”
“gw enggak nafsu to” tatapan mata gw masih menatap tajam pada wajah minto dan berharap sebuah jawaban jujur tentang keberadaan indra dan mas dikin.
“zaa.. tolong untuk kali ini, lu ikutin permintaan gw.. lu harus sabar.. istirahat dulu.. setelah kondisi lu pulih.. gw janji akan menjelaskan semua ini..” ucapan minto kali ini terlihat penuh kebijaksanaan, dan itu cukup untuk membuat gw terhipnotis atas semua perkataannya, dengan sabarnya kembali minto meminta gw untuk memakan makanan yang sudah disediakan.
“apa perlu gw suapin za.. biar lu makan” tawarnya dengan setengah meledek, dengan setengah dipaksakan akhirnya beberapa suap nasi berhasil gw makan, terlihat kegembiraan di wajah minto melihat gw mau menuruti kata2nya, hingga pada suapan berikutnya terdengar suara azan yang berasal dari salah satu masjid yang mungkin berlokasi tidak jauh dari rumah pak sukuk.
“lu kenapa za?” tanya minto melihat perubahan sikap gw.
“argggggg..” baru kali ini gw merasakan kumandang suara azan, bisa membuat rasa sakit seperti ini, suara2 itu seperti menerbangkan berpuluh2 jarum tajam yang menghujami telinga ini.
“zaaaa.. sadar zaa.. lu jangan nakutin gw lagi dong..!!”
Piring nasi yang masih berada dalam genggaman tangan gw seketika terlepas seiring dengan keinginan gw untuk menahan laju suara azan memasuki telinga ini dengan kedua telapak tangan.
“sakit to.. sakittt..” teriak gw mencoba menahan semua siksaan, kini bukan hanya rasa sakit pada telinga saja yang gw rasakan, perlahan gw mulai merasakan hawa panas pada seluruh bagian tubuh, terlihat minto terpaku tidak percaya dengan apa yang di saksikannya, bukan hanya gambaran keterkejutannya yang bisa gw lihat dari wajahnya, gw juga bisa melihat tatapan kesedihan dari kedua bola matanya yang tidak tega menyaksikan keadaan gw yang tersiksa.
“ya ampunn za.. kenapa jadi begini..” kedua tangan minto berusaha merangkul gw dan menahan pergerakan gw yang mulai tidak terkendali.
“enggak seharusnya kita memulai semua ini za.. ini salah.. salah..” ucap minto dengan suara yang agak parau berusaha mengungkapan penyesalannya telah memulai semua petualangan pembuktian ini, ingin rasanya gw membantah semua penyesalan minto dan mengatakan bahwa kita tidak salah dalam melangkah untuk semua pembuktian, kejadian ini hanyalah sebuah jalan untuk sebuah jawaban yang kita cari, dan gw mempercayai ada suatu proses awal dan akhir.. dari semua perjalanan ini.
“toooo.. antar gw ke kamar mandi.. tolongg..” ucap gw dengan suara yang semakin melemah, rasa sakit yang gw rasakan sepertinya sudah menyerap semua energi yang gw miliki, dengan bersusah payah minto mencoba memapah gw ke kamar mandi dan membiarkan gw meringkuk dalam sudut kamar mandi.
Antara rasa tega dan tidak tega, minto mulai menciduk air dan perlahan mulai mengguyurkannya pada sekujur kepala dan tubuh gw, sejuknya air yang membasuh tubuh seakan tidak mampu untuk menghilangkan rasa panas yang gw rasakan, hingga akhirnya semua siksaan itu menghilang seiring dengan terhentinya suara kumandang azan.
“sebenarnya apa yang enggak kami ketahui dari semua ritual ini za..” ucap minto sambil memalingkan muka dari gw yang sedang berganti pakaian, tatapan matanya yang menatap halaman luar melalui kisi kisi jendela kamar menunjukan keseriusan dalam pertanyaannya.
“jujur sama gw za.. perjanjian apa yang telah lu buat dengan mbah wodo itu..?” kini tatapan minto berpaling menatap gw dengan tajam, baru kali ini gw lihat keseriusan dari seorang minto.
“sumpah to.. gw enggak berjanji apa apa dengan mbah wodo.. tapi..”
“tapi apa zaaa?” terlihat nada bicara minto sedikit menyentak akibat kegusaran dari setiap rasa penasarannya.
“gw masih penasaran dengan semua sketsa yang gw lihat didalam air itu to.. apa maksud dari semua itu” jawab gw sambil berpaling dari tatapan minto yang membuat gw merasa tidak nyaman dan dipenuhi rasa bersalah.
“entah lu bodoh.. atau pura pura bodoh za.. buka pikiran lu za.. buka mata lu.. semua yang lu lihat itu tumbal dari semua ritual yang lu lakukan..” ucap minto menumpahkan kekesalannya, jari jari tangannya terlihat mengepal menunjukan betapa besar rasa kesal yang menguasai pikirannya.
“persetan dengan tumbal to.. persetan dengan semua omong kosong itu.. kalian semua klenik.. mempercayai sesuatu yang belum pasti.. coba lihat apa yang gw dapatkan to.. apaa..!”
“apakah gw menjadi ganteng dan mendapatkan semua wanita yang nanti akan gw temui ataukah harta kekayaan yang akan gw dapatkan hanya dengan semua ritual yang penuh tipuan dan sihir ini..”
“benar benar keras kepala lu za..” terlihat minto secara mendadak mencengkram kaos pada bagian leher gw, kepalan tangannya yang terangkat, siap untuk mendaratkan emosi yang dia rasakan.
“ini bukan lagi mengenai teror mahluk mahluk halus.. hesti.. atau apapun kejadian kejadian aneh yang kita alami za.. ini sudah menyangkut nyawa kami.. nyawa teman2 lu za..!” sepertinya minto sudah tidak bisa menahan lagi semua kekesalannya, kepalan tangan itu sepertinya hanya tinggal menunggu waktu mendarat ke wajah ini, tidak ada keinginan gw untuk mencoba membela diri apalagi mencoba untuk melawan.. gw hanya ingin minto tau bahwa tidak ada satupun tekanan yang akan membuat gw berpaling dari keyakinan gw.. apalagi untuk mempercayai semua kata kata tumbal ini.
“ada apa ini..” terlihat wajah seorang tua yang baru kali ini gw temui, menatap kami dengan wajah keheranan, seiring dengan kehadiran pak sukuk, minto mengurungkan keinginannya untuk menumpahkan emosinya.
“dari tadi saya dengar suara ribut ribut.. tapi maaf saya enggak bisa ninggalin teman kalian” ucap pak sukuk melangkah masuk ke dalam kamar dan mencoba mendudukan gw di tempat tidur.
“siapa nama kamu dik..?” tanyanya dengan ramah.
“reza.. bapak yang bernama pak sukuk?” sambil menganggukan kepalanya terlihat senyuman di wajahnya.
“apa yang telah kamu lakukan dik reza..?” sebuah pertanyaan yang terdengar pelan mengalir dari mulutnya, tapi semua itu tidak bisa menutupi apa yang gw lihat dan gw rasakan.. gw merasa dibalik sikap lembut dan keramahannya, orang ini bukanlah orang yang biasa, mungkin dia mempunyai kemampuan seperti orang orang pintar lainnya.
“sebelum saya kembali bertanya.. ada yang ingin saya beritahukan pada dik reza..” pak sukuk terdiam sesaat.. terlihat dia memejamkan matanya, seperti layaknya orang yang sedang berpikir dengan keras.
“dik reza.. suatu saat kamu akan menemukan jawaban atas semua keraguan kamu.. kamu akan melihat apa yang tidak ingin kamu lihat.. kamu akan merasakan apa yang tidak ingin kamu rasakan..”
Sejujurnya gw tidak mengerti akan maksud dari semua perkataan pak sukuk, bagaimana dia bisa menerka nerka sesuatu yang belum terjadi, kembali terlihat pak sukuk mencoba tersenyum kepada gw, seolah olah dia mengerti apa yang sedang gw pikirkan.
“ini yang dinamakan dengan ilmu penerawangan dik reza..”
“sekarang coba jelaskan kepada saya.. apa yang telah terjadi?” wajah pak sukuk terlihat menanti jawaban yang terucap dari mulut gw, akhirnya setelah lama terdiam, gw coba jelaskan tentang semua prosesi ritual yang gw jalani dan sketsa sketsa wajah yang gw lihat dalam prosesi ritual tersebut.. hingga peristiwa aneh yang menimpa gw dan indra.
“rupanya semua sudah dimulai.. kamu akan mendapatkan perubahan dalam hidup kamu dik reza..”
“maksud pak sukuk?” tanya gw dengan rasa penasaran.
“apa yang indra saksikan.. itu hanyalah sebuah gambaran tentang apa yang telah terjadi.. sebuah korban telah menjadi awal dari perjanjian kamu dengan kekuatan yang enggak kasat mata..”
“tumbal?” entah gw harus percaya atau mentertawai semua penjelasan pak sukuk
“ya.. percaya atau enggak.. semua itu sudah terjadi.. semua sudah dimulai..” jelasnya kembali, terlihat wajah pak sukuk memperlihatkan raut penyesalan akan semua yang telah terjadi.
“dimana.. teman teman saya yang lain pak..?” terlihat pak sukuk terdiam sesaat, mencoba meyakinkan dirinya.. bahwa gw sudah siap untuk mendengarkan semua penjelasannya.
“to..” tangan gw mencoba menggoyang2kan bahu minto dan berharap ada sedikit penjelasan dari mulutnya, mendapati perlakuan seperti ini. kontan membuat kekhawatiran gw muncul seketika.. apa yang terjadi dengan indra dan mas dikin.. mengapa mereka terasa sulit sekali untuk berbicara sekedar menjelaskan keberadaan mereka.
“dik reza.. mari ikut saya” ucap pak sukuk, mengajak gw untuk mengikuti langkah kakinya.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 25
Sebuah pembuktian bagian empat belas, terungkapnya sejarah mess..