Cerita Horror: Jeritan Malam Chapter 23

Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis

Sebuah pembuktian bagian sebelas, terungkapnya sejarah mess..

<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 22

“lu yang pegang aja za.. gw percaya sama lu” jawab indra tanpa sedikitpun berusaha menyingkirkan kedua telapak tangannya dari wajahnya, akan tetapi terdengar sebuah nada keyakinan dalam dirinya, keyakinan akan perlindungan yang diberikan kujang/keris itu.

“sekarang kasih tau gw, apa yang lu lihat ndra?” tanya gw dengan setenang mungkin mencoba tidak terjangkiti rasa panik yang indra rasakan, mungkin andai indra tau gw sudah memberikan sebuah kebohongan tentang keberadaan kujang/keris tua itu, gw yakin indra akan memukul gw saat ini juga.

“gw lihat mbah wodo ada disana za” jawabnya dengan suara gemetar, jari tangannya terlihat menunjuk ke arah belakang tubuhnya, tanpa sedikitpun indra menolehkan wajahnya, seiring dengan keterangan yang diberikan indra, segera gw arahkan sorotan lampu senter ke arah kumpulan pohon pohon besar yang terlihat keangkerannya dalam gelapnya malam.

“gw coba perhatikan dan hampir mencoba memanggilnya, tapi semua gw urungkan ketika gw melihat tangannya seperti memegang sesuatu, yang membuatnya berlumuran darah”

“masa sih ndra” tanya gw dengan nada meragukan.

“sumpah za.. sialan lu za.. masih aja enggak percaya sama gw” ucap indra dengan nada emosi, gw hanya terdiam menunggu penjelasan selanjutnya dari indra.

“sampai akhirnya gw melihat, kemunculan menyerupai anak anak kecil yang bergerak cepat layaknya monyet dari balik rerimbunan semak belukar, mereka menghampiri mbah wodo, lalu berebut makanan yang berada dalam genggaman mbah wodo, layaknya tuan yang sedang memberi makan hewan peliharaannya” mendapati lanjutan penjelasan dari indra, mendadak gw teringat penjelasan yang pernah dikatakan minto, sangat mirip dan menyerupai apa yang dilihat minto.

“hingga akhirnya za, mereka seperti terusik dengan sorotan cahaya senter yang gw arahkan ke mereka, sorot mata mereka terlihat tajam menatap gw dengan mulut terlihat mengunyah sesuatu.. bercak2 darah itu begitu terlihat disekitar mulut mereka..”

“siallll.. gw merinding lagi za nyeritain semua ini.. wajah mbah wodo terlihat beda banget, terlihat dingin dan menyeramkan.. hingga akhirnya pandangan mata gw seperti memancing mereka untuk menghampiri gw.. sebelum gw mati kaku berdiri disana..gw putusin langsung kabur za..”

Rasa penasaran bercampur takut mengantarkan gw untuk meminta indra untuk menemani, menunjukan dimana tepatnya dia melihat sosok2 itu, setelah mencoba membujuk dan memberikan sugesti keberanian akan keberadaan kujang/keris tua yang berada dalam tas ransel, akhirnya indra bersedia mengantarkan gw walaupun dengan tatapan mata yang hanya sekilas menunjukan tempat dimana dia melihat penampakan mbah wodo dengan mahluk mahluk kecil yang berlaku seperti layaknya monyet itu.

“coba lihat ndra.. jangan tutup mata terus, sumpah enggak ada apa apa disini” ucap gw sambil mengarahkan cahaya lampu senter ke deretan pohon besar dan rerimbunan semak belukar, semua terasa sepi.. sunyi.. tanpa ada satupun pergerakan entah itu disebabkan angin ataupun hewan liar.

“sumpah lu za?” terlihat indra dengan ragu2 menurunkan kedua belah telapak tangan dari wajahnya, tampak matanya masih terpejam seakan belum percaya dengan apa yang gw omongkan.

“cerewet lu ndra.. sumpahh.. ngapain sih gw bohongin lu” jawab gw dengan agak keki atas ketidak percayaan indra.

Terlihat mata indra kini perlahan mulai terbuka, sampai akhirnya kedua matanya terbuka dengan sempurna, tanpa gw duga sebuah teriakan keras terdengar dari mulutnya diiringi keputusan jurus langkah seribu yang diambilnya.

“waaaaaaaaaaaaa!!!! lari zaaa.. zaaaaa”

Seiring teriakannya yang begitu cumiakan telinga dan membuat gw kaget, sebuah hembusan nafas dengan suara hembusannya yang terdengar menyeramkan menerpa wajah ini.. ini benar benar merupakan kejadian kali keduanya setelah dulu pertama kalinya pernah mengalami peristiwa seperti ini di kamar mess.

“ndraaa.. tungguin gw hehhh.. tungguinn..!!!” teriak gw menyusul indra yang sudah terlebih dahulu berlari meninggalkan gw, rasa kaku di tengkuk ini begitu gw rasakan seiring dengan bulu kuduk gw yang berdiri, tajamnya duri dan rimbunnya semak belukar tidak lagi gw hiraukan, rasa perih yang gw rasakan akibat luka bergesekan dengan duri menjadi motivasi tersendiri bagi gw untuk segera meninggalkan tempat terkutuk ini, setelah bersusah payah menuruni tumpukan batu alam yang menyerupai tangga akhirnya gw berhasil tiba dibawah, tempat dimana hesti pernah memarkirkan motornya, dengan nafas yang masih tersengal sengal terlihat indra yang melambaikan tangannya yang mengeluarkan sorotan cahaya senter terlihat dari kejauhan.

“brengsek lu ndra.. ninggalin gw.. lari lu cepet banget..” dengan nafas yang masih tersengal sengal gw coba menumpahkan kekesalan yang gw rasakan.

“lu yang brengsek za.. lu bohongin gw.. kata lu gak lihat ada apa apa” terlihat indra tidak mau kalah di posisikan sebagai pihak yang bersalah.

“sumpah ndra.. tadi gw sama sekali enggak lihat apa2” jawab gw menyangkal tuduhan indra karena merasa sudah dibohongi, dengan sisa tenaga yang tersisa akhirnya kami memutuskan untuk segera menuju mobil dimana mas dikin dan minto sudah menunggu.

“baikt.. baikt..!! mereka dimana za?” teriak indra dengan penuh makian, matanya terlihat berupaya mencari keberadaan mobil, gw hanya bisa menggelengkan kepala tanda ketidak tahuan akan keberadaan mereka, lemas rasanya menerima semua kenyataan dan kejadian ini hingga akhirnya gw terkulai di pinggiran jalan, setelah kemarahan indra mereda terlihat dia berjalan menghampiri dan duduk disamping gw yang sudah terkulai dalam rasa putus asa.

“maafin gw ndra.. gara gara gw lu jadi ikut ngalamin hal seperti ini” terlihat indra hanya tersenyum dalam tatapan mata yang menerawang jauh, entah apa yang dipikirkannya, lama kami terdiam dalam lamunan sendiri, hingga akhirnya terlihat cahaya pagi mulai menyingkap kegelapan malam.

“ini benar2 gila ndra.. gw bingung harus jelasin seperti apa atas peristiwa ini.. ini sudah jam 9 pagi.. coba lu lihat.. masa keadaannya seperti pukul 6 pagi..”

“lu takut enggak za ? gw jujur takut.. gw takut kita terjebak disini”

“lu pikir gw robot yang enggak punya rasa takut ndra.. gw juga takut.. tapi gw lebih takut bila suatu saat nanti gw menceritakan ini pada orang lain.. bisa disangka enggak waras gw” terlihat indra mencoba memperhatikan ucapan gw.

“pemikiran positif gw ndra.. kita tuh enggak benar2 ngalamin atau ngelakuin ini semua, mungkin kita sedang tertidur dan bermimpi ini semua, entah itu di mimpi lu atau mimpi gw, yang pasti ini bukan hal yang nyata”

“maksud lu apa sih za, gw enggak ngerti sama penjelasan lu”

“maksud gw ndra.. bisa jadi gw sedang berada dialam mimpi lu atau sebaliknya, yang pasti disaat kita terbangun.. salah satu diantara kita pasti akan bercerita tentang ini semua”

“wahhh benar benar udah gila lu za.. udah jelas jelas ini nyata masih aja lu bilang enggak nyata” ucap indra seraya menyepak kaki gw.

“ehh sakit tau”

“biar lu sadar ini nyata”

“gw tetap berdoa semoga kejadian ini memang seperti kejadian yang baru saja gw jelaskan.. dibanding gw harus menjelaskan gw terdampar di dimensi lain apalagi sampai harus bilang, kami diculik ke alam setan.. alam jin.. sumpah ndra.. pasti yang mendengar akan berkata kita mengada ada bahkan mungkin kita dianggap gila”

“udahlah za.. terserah lu mau berasumsi apa.. gw cuma berdoa semua ini segera berakhir, andai ini cuma mimpi.. itu lebih bagus, yang pasti sekarang gw benar benar merasa ngantuk dan letih za..” ucap indra sambil berusaha merebahkan diri disamping gw, hingga akhirnya kami tertidur dalam rasa keputusasaan bahwa kami bisa kembali lagi dalam kehidupan normal kami di alam manusia, samar2 pendengaran gw menangkap suara perbincangan yang teramat sangat dekat dengan posisi kami berada, suara suara itu bagaikan sebuah kalimat motivasi yang memberikan gw sebuah kekuatan untuk bisa keluar dari situasi ini.

“ndraa.. bangun ndra..!!” teriak gw mencoba memberitahukan indra akan suara percakapan yang gw dengar.

“syukur za.. lu udah sadar” terlihat wajah minto beserta beberapa wajah asing yang tidak gw kenal berusaha menenangkan gw, tatapan mata gw kembali menatap wajah wajah asing ini satu persatu, begitupun dengan ruangan tempat dimana gw berada sekarang ini, setiap detil ruangan tidak lepas dari tatapan mata ini.

“to.. dimana kita to..” tanya gw kepada minto yang terlihat meminta segelas air kepada salah satu wajah asing yang ada.

“minum dulu za.. tenangin dulu pikiran lu..” ucap indra sambil mencoba membantu gw bangun dari posisi tidur.

“dimana kita to.. siapa mereka ini?” tanya gw sambil mencoba meneguk air yang diberikan minto, segelas air teh manis hangat, cukuplah untuk mengembalikan kondisi badan gw yang terasa lemah.

“kita sedang berada dirumah salah satu pemuka desa za..” terang minto sambil menerangkan desa yang dimaksud.

“mereka ini warga desa.. yang membantu mencari dan menemukan kalian..” terangnya lagi sambil memperkenalkan satu persatu wajah asing yang hadir dikamar ini, diantara wajah wajah asing yang hadir dikamar ini, gw merasakan ada yang kurang.. gw enggak melihat dua sosok wajah yang biasa menemani gw dalam perjalanan pencarian dan pembuktian ini.

“ndraaaa..”

“mas dikinnnn..” mata gw berusaha mencari keberadaan mereka disetiap sudut kamar ini, terlihat minto berusaha menenangkan kepanikan yang kembali gw rasakan.


>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 24

Sebuah pembuktian bagian dua belas, terungkapnya sejarah mess..

Tinggalkan komentar