Cerita Horror: Jeritan Malam Chapter 19

Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis

Sebuah pembuktian bagian tujuh, terungkapnya sejarah mess..

<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 18

Entah karena rasa lelah yang gw alami telah mengganggu pandangan mata ini, gw melihat pergerakan tangan mbah wodo yang semula terlihat cepat kini mulai melambat.. diantara pergerakan tangannya yang mulai melambat, wajah mbah wodo yang semula terlihat muda dengan pancaran pesonanya, kini perlahan mulai merubah bentuknya.. wajah itu.. wajah itu..

“ini enggak mungkin.. enggak mungkin” gw coba untuk mengerdipkan mata beberapa kali untuk meyakinkan pengelihatan ini, wajah mbah wodo terlihat beberapa kali mengalamai perubahan seiring pergerakan tangannya yang naik turun, kini wajah mbah wodo terlihat berubah menjadi wajah seorang pria tua dengan garis garis keriput di wajahnya, gw coba untuk mengingat kembali wajah yang begitu familiar dalam ingatan ini.

“kamuuuuu!!” keterkejutan yang gw rasakan memaksa gw beringsut mundur, wajah orang tua yang kini gw lihat adalah wajah dari seseorang yang pernah gw temui dikereta dengan semua celoteh mistisnya.

Belum hilang rasa keterkejutan dan ketakutan yang gw alami, terlihat mbah wodo mengusap mukanya dengan menggunakan telapak tangannya, kini muka orang tua tersebut telah berganti wajah ke wajah semula.

“ilmu sihir apa yang baru saja mbah wodo tunjukan kepada saya..?” terlihat mbah wodo kembali menghisap lintingan rokoknya.

“dari mana asal kamu dik?” kalimat pertanyaan yang gw ajukan sepertinya terhiraukan oleh rasa keingin tahuannya.

“bogor mbah..”

“sebenarnya ini tempat apa mbah?” tanya gw kembali mencoba mencari tau.

“dimana kamu tinggalkan harimau pendamping kamu itu..?” benar benar terlalu orang ini, terasa tidak sopan mendengar dia membalikan setiap pertanyaan yang gw ajukan dengan sebuah pertanyaan kembali.

“saya enggak mengerti dengan maksud perkataan mbah”

“kamu jangan berlagak bodoh dik.. kamu pikir bisa membodohi saya” ucapnya kembali, terlihat wajahnya menatap pepohonan besar yang berada disekeliling rumah, mulutnya yang bergerak2 seolah sedang berbicara dengan sesuatu yang tidak kasat mata.

“apapun maksud perkataan mbah, saya enggak mengerti dan saya juga merasa enggak mempunyai masalah dengan mbah apalai bertujuan mencari masalah” ada keberanian yang muncul diantara rasa emosi yang mulai gw rasakan.

“saya hanya enggak suka ada pendatang dari wilayah lain masuk ke wilayah saya dengan membawa pendamping, terkesan menantang..” kali ini nada bicara mbah wodo terdengar lebih bersahabat, mungkin dia menyadari bahwa gw tidak bisa begitu saja bisa diancam dengan perkataan2nya.

“bagaimana mbah bisa melakukan perubahan wajah seperti tadi? apakah mbah yang saya temui dalam perjalanan dikereta waktu itu?” terlihat mbah wodo menganggukan kepalanya tanda bahwa ia menyetujui bahwa bapak tua yang gw temui waktu itu memang benar dia adanya, sebuah jawaban yang menjadi awal bagi gw untuk bersentuhan dengan hal yang ghaib dan tidak bisa diterima dengan akal sehat.

“jika kamu bertanya, bagaimana bisa saya melakukan itu.. saya akan bertanya balik, bagaimana bisa dik reza enggak mempercayai hal yang ghaib?” gw terdiam untuk sesaat, berupaya mencari jawaban yang rasional.

“saya lebih mempercayai logika berpikir untuk menjawab sebuah fenomena ghoib, ilmu pengetahuan yang saya pelajari mengajarkan saya untuk menggali segala potensi kekuatan yang dimiliki manusia atau alam ini.. tidak selalu kita harus menghubung2kan setiap kejanggalan dengan hal hal yang berbau mistis dan klenik”

“ohhh begitu..” terlihat mbah wodo kembali melinting rokok jagungnya.

“saya memaknainya seperti sebuah tantangan atau keinginan membuktikan..” ucapnya lagi sambil mulai menyulut rokoknya, keinginan gw untuk menjawabnya terpaksa gw tahan, gw tidak ingin suasana yang terlihat sudah agak bersahabat menjadi panas kembali.

“sebenarnya ini tempat apa mbah..?” tanya gw dengan rasa penasaran yang sudah tidak bisa gw tahan lagi, samar samar terdengar suara seperti wanita tertawa yang entah dari mana asalnya, terlihat pandangan mbah wodo seperti memperhatikan sesuatu, hingga akhirnya gw bisa merasakan ada sentuhan diwajah gw, seperti sentuhan rambut yang turun dari bagian atas kepala lalu akhirnya menyentuh kulit wajah ini, secara reflek gw langsung mengibaskan tangan berupaya menyingkirkan benda yang menimbulkan sensasi ini, tapi gw seperti mengibaskan sesuatu yang tidak ada, obor yang berada didepan rumah dengan nyala api yang cukup besar kini terlihat seperti bergoyang2 seperti tertiup hembusan angin yang cukup kuat, tapi.. ini aneh.. mata gw sama sekali tidak melihat ada satupun pepohonan yang bergoyang tertiup angin.. hening.. bahkan untuk mendengar detakan jantung gw yang kini berdegup dengan kencang, bisa gw rasakan.. nyala api itu kini perlahan.. demi perlahan.. meredup.. dan kian meredup.. bahkan nyaris mematikan sinarnya, di saat itu.. dikala tatapan mata gw seolah olah terhipnotis oleh sebuah kekuatan yang membimbing tatapan mata ini untuk menatap deretan pohon besar didepan rumah, terlihat sebuah bayangan hitam yang dalam posisi tegak berdiri.. dan perlahan..

“mmmbahhh.. iiii.. tuuuu..” gw berusaha menunjukan kepada mbah wodo tentang keberadaan sesuatu yang gw lihat tapi mulut ini terasa seperti terkunci oleh rasa takut, kaget.. dan tidak percaya, terlihat mbah wodo seperti mengacuhkan ucapan dan gerakan tangan gw tatapan matanya hanya terpaku pada kepulan asap yang keluar dari mulutnya, kini bayangan hitam tersebut mulai menampakan wujud aslinya seiring bau busuk yang menyeruak menusuk hidung, nyala obor yang semula nyaris padam perlahan mulai membesar.. bisa dikatakan prosesnya berjalan sangat lambat..bahkan nyaris berjalan beriringan dengan kian nyatanya wujud mahluk menyeramkan dengan bulu lebat hitam yang menutupi tubuhnya, gw tidak bisa melihat dengan jelas rupa wajahnya, tapi sorot matanya terlihat merah menyala dalam kegelapan malam, hingga akhirnya mahluk itu seperti membesar dan meninggi dan pada akhirnya hanya menyisakan dua kakinya yang besar dengan bulu2 kasar yang menutupi kulitnya seperti layaknya monyet.

“zaaaaaaa..!!!” terdengar teriakan yang berasal dari samping rumah diiringi langkah kaki yang terdengar seperti berlari, pikiran gw langsung tertuju pada indra, minto dan dikin, hingga memaksa gw untuk mengalihkan pandangan ke samping rumah, tampak mas dikin terlihat dengan nafas tersengal sengal, di susul indra dan minto.

“mampus gw zaaa.. sial banget gw malam ini..” ucap minto sambil berusaha mengatur nafasnya, belum sempat gw menjawab kembali gw teringat mahluk yang sedari tadi menjadi fokus pengelihatan gw, kini mahluk tersebut sudah menghilang.. lenyap.. seiring dengan nyala obor yang kembali menjadi normal, terlihat senyum dari wajah mbah wodo seperti mengisyaratkan.. masihkah gw bisa berpikir secara rasional..

“kenapa lu za, muka lu kelihatan kaget gitu?” tanya indra seraya memperhatikan wajah gw.

“gw enggak kenapa2, justru gw mau tanya, kalian tuh kenapa?” ucap gw mengalihkan pertanyaan indra, teralihkan minto masih menggerutu dengan sumpah serapahnya.

“salah gw apa ya.. kenapa gw terus yang sial.. benar benar malam terkutuk!” bungkus rokok yang berada dilantai segera gw lemparkan ke arah minto, agar dia menghentikan ocehan kasarnya.

“ehh sorry za.. maaf mbah..” terlihat raut penyesalan dari wajah minto atas semua makiannya.

“disaat indra dapat giliran mandi dan mas dikin sibuk membersihkan pakaian,gw coba untuk melihat lihat sekitar..”

“padahal saya udah coba mencegah pak, takut terjadi apa2, tapi pak minto enggak mau dengar” ucap dikin mencoba menerangkan, indra terlihat menggeleng gelengkan kepalanya.

“dasar keras kepala lu to.. udah tau penakut tapi sok berani”

“bukan gitu ndra, tadi gw tertarik banget waktu lihat banyak banget buah kluwek yang ada ditanah, gw coba tuh untuk memungutnya, hingga akhirnya.. hihhh merinding lagi gw” minto mencoba mengalihkan pandangannya dari gelapnya malam.

“saat gw coba untuk memungut lagi, kok itu buah bergerak sendirinya seperti menghindari tangan gw, jelas penasaran gw, saat itu gw coba perhatiin itu buah, lahh kok lama2 bentuknya berubah menjadi seperti sebuah bola mata yang dengan sorot penuh kemarahan..” terlihat minto mencoba menggambarkan tentang sosok mata yang dilihatnya.

“jelas langsung kagetlah gw, dan berpikiran untuk lari.. dan sialnya lagi disaat tatapan mata gw secara enggak sengaja menatap deretan pohon besar, gw melihat seperti segerombolan anak kecil.. tapi lincahnya seperti monyet, mereka terlihat menaiki pohon sambil melambai2kan tangannya ke arah gw seolah2 meminta gw untuk menghampiri.. untuk kali ini za, gw enggak mikir lagi, langsung aja gw lari.. takut juga sih itu mahluk kecil2 ikut lari ngikutin gw”

“brengsek bener lu to..” kini indra terlihat tertawa.

“untung gw udah pakaian, kalau enggak gw bisa lari bugil.. sumpah gw kaget denger lu teriak” ucapan indra kali ini memancing tawa kami, terlihat wajah mbah wodo seperti tersenyum kecil.

“mbah.. saya mau tanya kembali, sebenarnya ini tempat apa?” kembali gw mengulang pertanyaan pada mbah wodo, andai mbah wodo kembali tidak menjawab pertanyaan gw, ide buruk sudah terpikirkan di kepala ini, kami berempat sedangkan mbah wodo berdua dengan pria bertangan tidak normal itu, kami lebih unggul dari segi jumlah walaupun mungkin dia sakti.. gw yakin masih bisa mengalahkannya, akan gw paksa dia berbicara walaupun harus mengintrogasinya seperti tahanan perang.


>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 20

Sebuah pembuktian bagian delapan, terungkapnya sejarah mess..

Tinggalkan komentar