Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Sebuah pembuktian, terungkapnya sejarah mess..
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 12
“kalian terlalu melebih2kan, menurut gw ini hanyalah benda biasa yang mempunyai segi lebih dari keunikan dan mungkin nilai harganya” keris/kujang yang berada ditangan minto segera gw ambil kembali dan segera membungkusnya, berdosa rasanya bila melihat orang yang sudah begitu mempercayai hal2 yang bersifat mistis akan menjadi lebih percaya lagi karena efek keunikan keris/kujang tua ini.
“lu pernah berguru za?” tanya indra melanjutkan rasa penasarannya.
“maksud lu apa ndra? Jangan pernah berpikir gw pernah berguru menggeluti hal2 seperti itu, gw hanya belajar pelajaran normal seperti layaknya orang2 normal lainnya”
“lu tetap enggak percaya dengan hal yang mistis za?” gw tidak bisa pungkiri, sebelum gw menginjakan kaki di mess ini, gw merupakan sosok yang paling merendahkan pemikiran orang2 yang berpikiran sempit yang selalu menghubung2kan semua fenomena alam yang aneh dengan sesuatu yang berbau misteri, tetapi selama gw berada di mess ini ada berbagai macam kejadian aneh yang sulit gw jelaskan dengan akal sehat, yang paling akhir adalah ketika gw mengajak hesti untuk bercumbu didalam kamar, tampak sekali raut mukanya yang kaget seakan melihat sesuatu didalam kamar gw, begitu juga dengan keris orang pintar yang bisa terpental dengan sendirinya, hati kecil gw berkata mungkin memang benar adanya keberadaan mahluk2 tidak kasat mata itu, tapi kembali lagi pemikiran sehat gw menolaknya, pemikiran sehat gw hanya mengakui semua itu hanyalah sebuah fenomena alam yang belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan saat ini.. hanya itu.
“jawab za? lahhh kok malah bengong, terus apa maksud lu menunjukan keris/kujang itu?” kini minto mencoba melanjutkan pertanyaan indra yang belum terjawab.
“sebuah pembuktian” jawab gw mantap.
“pembuktian seperti apa?” mendengar pertanyaan indra, tergelitik keinginan gw untuk menceritakan semua kejadian yang berhubungan dengan keris/kujang itu, tampak keseriusan di wajah mereka mencoba menyimak setiap detil kalimat gw.
“hahh yang benar lu za? harimau?” ucap minto hampir berteriak, terlihat indra dan mas dikin mencoba memperhatikan kembali keris/kujang yang sengaja gw letakan di atas meja.
“kalau lu tanya apa omongan gw tentang harimau itu benar, pasti gw jawab enggaklah, gw sendiripun belum pernah melihat bentuk harimau itu”
“logikanya seperti ini, kakek2 tua, orang pintar dan hesti.. andai memang mereka benar melihat sosok harimau itu, mereka itu pun juga manusia seperti kita, makannya sama, matanya sama, harusnya apa yang mereka lihat, kitapun bisa melihatnya”
“sebelum gw membuktikan benda ini pada hesti, gw ingin membuktikan apakah benda ini memang mempunyai aura kekuatan.. dirumah ini.. malam ini”
“jangan gila lu za, gw takut” ucap indra penuh khawatir.
“ahh gimana sih lu ndra, tadi kata lu mau dukung gw”
“gw dukung cari latar belakang mess ini za, bukan nantangin macam ini”
“udah ikut aja ndra, soalnya kita takut atau enggak takut hasilnya sama aja, itu mahluk penunggu mess ini selalu mengganggu” terlihat keraguan di wajah indra mendengar ajakan minto, karena pilihan berbanding 3 lawan 1 akhirnya indra memutuskan ikut serta.
“mas dikin, diantara ruangan dirumah ini, dibagian mana mas dikin sering diganggu kejadian aneh, soalnya mas dikin yang paling lama tinggal disini” tanya gw mencoba mencari keterangan dari mas dikin.
“dibagian dapur dan kamar mandi, tapi didapur lebih sering terjadi gangguan, karena disitu tempat ditemukannya kerangka2 itu”.
“baiklah za, semua rencana sudah siap, sebaiknya gw sama minto cari hiburan diluar dulu, sebelum nanti malam gw stress nemenin lu” ucap indra sambil menarik tangan minto, terlihat minto mencoba mengajak mas dikin.
“sebaiknya saya dirumah aja pak, nemenin pak reza” tolak mas dikin.
“ya sudah kalau begitu, gw juga mau tidur dulu, semoga nanti malam semuanya berjalan lancar” jawab gw sambil melangkahkan kaki menuju kamar tidur.
Lama gw tertidur hingga akhirnya sayup2 suara mas dikin terdengar.
“bangun pak reza.. bangun” gw lihat jam sudah menunjukan pukul 8 malam, rupanya gw tertidur sangat lama hingga kedatangan malam pun tidak gw sadari.
“oalahhh pak reza, maaf saya tadi bangunin, soalnya saya khawatir melihat pak reza tidurnya lama sekali” tegur mas dikin melihat kehadiran gw dari balik pintu kamar, lalu bergegas melangkah menuju dapur, tampaknya dia sedang menyiapkan sesuatu, tanpa berpikir lama segera gw menghampiri mas dikin, dan benar perkiraan gw ternyata mas dikin sudah menyiapkan makanan untuk makan malam.
“mana indra dan minto?” mas dikin mencoba menjelaskan tentang keberadaan indra dan minto yang belum terlihat hingga saat ini.
“temenin saya makan mas” ajak gw kepada mas dikin untuk menghilangkan rasa sepi, tampak mas dikin tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya.
“pak reza jadi ingin membuktikan apa yang direncanakan tadi siang?” tanya mas dikin tanpa sekalipun tatapannya memandang gw, terlihat dia terlalu asik memainkan sendok nasi ditangan kanannya.
“kenapa mas? mas dikin takut atau ragu, enggak ada yang perlu ditakutin dan dikhawatirkan, semuanya pasti akan berjalan lancar” jawab gw mencoba member ketenangan dan keberanian kepada mas dikin.
“lagian mas dikin kan sudah sering lihat setan di film film horor, masak harus kaget dan takut lagi, jika bertemu dengan mereka” ucap gw sambil sedikit tertawa mencoba mengajak mas dikin bercanda.
“saya enggak takut pak” seiring ucapan mas dikin, kini tercium bau bangkai yang menyeruak menusuk hidung, hampir setiap malam selama gw berada di mess ini, bau itu selalu tercium tanpa mengenal waktu kedatangannya, sirna sudah keinginan gw untuk melanjutkan makan malam ini, bau bangkai yang gw rasakan malam ini melebihi bau yang gw rasakan malam2 sebelumnya, tampak mas dikin sama sekali tidak terganggu dengan bau bangkai ini, dirinya masih terlihat santai memainkan sendok ditangannya, melihat tingkah mas dikin yang sedemikian rupa, perasaan gw yang sebelumnya biasa2 saja mendadak menjadi tidak nyaman, ada apa dengan orang ini, mas dikin yang sebelumnya membangunkan gw dengan nada cerianya kini terlihat dingin dan tidak bersemangat untuk sekedar berbicara, apakah dia mendadak sakit tanya gw dalam hati, keinginan gw untuk bertanya sengaja gw urungkan, mungkin dia memang hanya ingin bertingkah seperti itu, adakalanya seseorang merasa nyaman dengan tingkah laku yang justru dinilai orang sebagai tingkah laku yang aneh.
“besok2 tolong beli pengharum ruangan mas, bau ini benar sudah mengganggu” pinta gw kepada mas dikin, terlihat mas dikin kembali menganggukan kepalanya.
“terus sama lampu diruangan ini mas, tolong diganti dengan yang lebih terang, saya heran kok pada betah betahnya tinggal dirumah yang lampunya redup”
“biarkan saja pak, jangan diganti” akhirnya mas dikin mengeluarkan suaranya, ada rasa gembira mendengar mas dikin yang akhirnya mau berbicara tapi ada rasa dongkol juga yang gw rasakan mendapatkan ucapan penolakan yang keluar dari mulut mas dikin, sangat terasa tidak sopan permintaan gw yang sangat sederhana mendapatkan penolakan seperti itu, bila alasan penolakan ini dikarenakan tidak ada yang mau mengeluarkan uang hanya untuk membeli sebuah lampu maka gw yang akan memberikan uang untuk membeli lampu tidak hanya satu buah lampu.
“tapi.. lampu itu sudah terlihat redup mas, saya harap besok digan..” belum sempat gw melanjutkan ucapan ini, terlihat bola lampu itu seperti mengeluarkan pijaran api dan mendadak padam lalu menyala lagi dalam sekejap.
“ti..” kembali gw melanjutkan ucapan yang sempat terhenti karena kejadian itu.
“saya tidak takut pak..” terdengar suara mas dikin yang terdengar pelan dan lirih.
“apaan sih mas” ucap gw jengkel melihat ketidak jelasan maksud ucapan mas dikin.
“saya tidak takut pak..” kali ini suara mas dikin terlihat lebih berat dan serak, tangan yang semula memainkan sendok kini terlihat bergerak ke arah kepala, terlihat seperti orang yang sedang merapihkan rambut, dalam setiap belaian tangannya kini terlihat beberapa helai rambut yang ikut tertarik dan terlihat lepas dari kulit kepalanya.. sungguh menjijikan sekaligus menakutkan.. kulit kepala yang terlepas rambutnya itu meninggalkan luka seperti luka kulit yang terkelupas, semua kejadian ini sontak membuat gw kaget tapi semua hanya berlangsung dalam sekejap, kini semua menjadi sebuah suasana mencekam penuh dengan ketakutan, bergetar rasanya tubuh ini menyaksikan semua itu.
“saya tidak takut pak..” kini wajah mas dikin yang sedari tadi tertunduk kearah piring makan..perlahan demi perlahan mengangkat pandangannya ke arah gw, pandangan wajah itu.. ini bukan mas dikin yang gw kenal, wajah itu terlihat begitu tua dengan keriput yang mulai menghiasi kulitnya, terlihat kusam dan menyeramkan, aliran darah dan detak jantung gw seperti berhenti menyaksikan ini semua.
“ini tidak nyata.. ini tidak nyata..” ucap gw mencoba memberanikan diri diantara rasa ketakutan itu, sebelum semuanya terasa terlambat, akhirnya gw beranikan diri untuk keluar dari situasi ini dengan mencoba berlari diantara persendian2 yang mulai terasa kaku, sungguh efek takut ini sudah mematikan semua susunan saraf pergerakan gw, semua terasa lambat, diantara langkah kaki yang terasa berat ini masih bisa gw saksikan tatapan matanya yang begitu tajam dan menyeramkan, diantara dua pilihan untuk berlari menuju kamar tidur atau berlari menuju pintu keluar rumah, akhirnya gw putuskan untuk berlari sekuatnya menuju pintu keluar rumah walaupun dengan langkah yang terasa semakin berat.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 14
Sebuah pembuktian bagian dua, terungkapnya sejarah mess