Cerita Horror: Jeritan Malam Chapter 12

Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis

Kunjungan wulan ke mess bagian tiga, sesuatu yang tidak diharapkan..

<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 11

Setelah berganti pakaian gw mendapati wulan sudah duduk diruang tamu bersama mas dikin, minto dan indra, terlihat dingin, sangat dingin, melebihi hembusan angin dingin yang selalu berhembus mengiringi kejadian kejadian aneh dirumah ini, tampak perubahan dari raut muka wulan dan gw, sudah cukup menyadarkan indra dan minto bahwa ada sesuatu yang terjadi antara gw dan wulan.

“za, sebaiknya kami cari makan dulu, biar nanti sekalian gw beliin makanan untuk kalian berdua, tentunya wulan pasti lapar” ucap indra sambil mengajak minto dan mas dikin meninggalkan kami berdua.

“wul..” belumsempat gw mengucapkan permintaan maaf, terlihat tangan wulan memberikan isyarat agar gw tidak meneruskan ucapan ini.

“kamu sia2kan hubungan ini za.., kamu sia2kan kepercayaan yang aku berikan..”

“aku khilaf wul, maafkan aku”

“aku ingin pulang za, aku tidak bisa memaafkan kamu untuk peristiwa ini” terlihat raut kekecewaan di wajah wulan dan gw berfirasat buruk tentang apa yang sedang wulan pikirkan dan ucapkan setelah ini, dan akhirnya semua itu terbukti

“aku ingin kita mengakhiri hubungan ini za”

“apa maksud kamu wul?”

“kita putus za” ucap wulan mantap, gw coba meminta wulan untuk berpikir ulang dengan semua keputusannya dan berharap ada keajaiban yang menyelamatkan hubungan ini, tetapi segala bujuk rayu gw hanya berbuah kekecewaan, wulan tetap dengan keputusannya.

Keinginan gw untuk mengantarkan wulan terakhir kalinya berbuah kekecewaan, wulan menampik semua tawaran yang gw berikan, setelah membereskan semua barang bawaanya akhirnya wulan pergi meninggalkan gw tanpa pernah bisa gw hubungi kembali.

Setelah kepergian wulan, hidup gw terasa kehilangan keyakinan, ini merupakan momen terendah dalam kehidupan gw, dimana gw kehilangan kepercayaan diri.

“sabar za, semua pasti ada hikmahnya” hibur indra dan minto mencoba menanamkan kerpecayaan diri gw kembali, tetapi semua terasa sia sia, yang ada didalam benak gw adalah perasaan dendam kepada hesti yang telah membawa gw dalam malapetaka ini, perasaan benci gw pada kehidupan ini yang telah membawa gw terjebak dalam rangkaian peristiwa di mess terkutuk ini.

“gw ingin berhenti ndra, to.. gw menyerah” terlihat raut ketidak percayaan di wajah minto dan indra mendengar keputusan yang keluar dari mulut gw.

“tapi sebelum meninggalkan tempat terkutuk ini, gw ingin tau latar belakang belakang mess tua ini begitu juga dengan sosok hesti yang sudah membawa kehancuran buat gw” ucap gw berharap dukungan dari minto dan indra, sepertinya minto dan indra mengerti dengan apa yang gw harapkan.

“gw ikut lu za, gw dukung lu, gw juga penasaran” terlihat antusias indra mendengar keinginan gw untuk menyibak latar belakang mess tua ini.

“gw juga ikut” ucap minto tidak mau kalah.

“kita mulai semua ini dari mas dikin, karena dia penghuni lama di mess ini” gw memberikan awalan untuk memulainya.

“mas dikinnn..!” teriak indra memanggil mas dikin, terlihat mas dikin berlari kecil menghampiri kami.

“duduk mas dikin, saya mau tanya2 sedikit” ucap gw sambil meminta mas dikin duduk.

“tanya apa toh pak?”

“coba mas dikin terangkan tentang latar belakang mess ini” lama mas dikin berpikir mencoba mengingat kembali kejadian masa lalu.

“saya lupa pak” jawabnya setelah lama berpikir.

“coba di ingat2 kembali mas” kali ini indra mencoba memaksa mas dikin untuk mengingat kembali kejadian2 yang mungkin pernah diingatnya.

“sebenarnya saya ini pengurus mess generasi ke dua pak” jawab mas dikin mulai menerangkan.

“lohh sebelum ini siapa mas?” tanya minto mencari tau.

Akhirnya keluarlah cerita mas dikin mengenai keberadaannya di mess ini sebagai pengurus generasi kedua.

“sebelumnya yang mengurus gedung ini bapak saya pak”

“terus, sekarang bapak mas dikin dimana?” tanya gw mencoba mencari tau keberadaan orang tua mas dikin.

“sudah meninggal 3 tahun yang lalu pak” jelas mas dikin.

“tapi sebentar pak…” tampak mas dikin mencoba mengingat sesuatu, hingga akhirnya sebuah awal cerita yang bisa gw jadikan awal untuk menyelidiki sejarah mess ini.

“dulu bapak pernah bercerita, di saat proses pengembangan bangunan lama hingga akhirnya terlihat menjadi agak luas seperti ini, sempat terjadi kejadian yang mengganggu proses pengembangan”

“maksud mas dikin?” tanya minto yang kini terlihat penasaran.

“ditemukan beberapa kerangka manusia dan hewan disekitar lokasi, para pekerja yang membangun tidak menyadari keberadaan kuburan ini, karena tidak ada tanda yang menandakan bahwa di lokasi itu ada kuburan”

“tolong lebih detil lagi mas dikin” segera gw sulut sebatang rokok untuk menghilangkan ketegangan.

“2 kerangka manusia dewasa tanpa kepala dengan kondisi, 1 kerangka dengan sebuah gagang cambuk menemaninya dan yg satu lagi dengan sebuah rantai dibagian kerangka kakinya, selain itu ada juga beberapa kerangka hewan entah itu anjing atau kucing” dahi gw mengernyit mendengar keterangan mas dikin.

“setelah proses pemindahan kerangka, kejadian2 aneh mulai sering terjadi di mess ini, dan pekerja yang membangun pun pernah diganggu dalam bentuk2 mimpi karena ketidak sempurnaan mereka memindahkan kerangka”

“ada seseorang yang mengetahui banyak tentang sejarah tempat ini lebih detil daripada yang saya ketahui pak, itu juga saya taunya dari bapak”

“siapa mas?” titik terang mulai terlihat

“mbah warsono, orang tua yang ahli kanuragan, dulu dia tinggal disekitar sini, tapi entah kapan pindahnya, menurut informasi mbah warsono pindah dan tinggal di sekitar hutan be***i”

“itu target kita” sebuah kalimat yang berisi keyakinan muncul dari mulut ini, gw sangat yakin mbah warsono adalah sosok yang bisa menyingkap semua tabir misteri mess ini.

“sepertinya sekarang lu mulai percaya dengan hal2 yang mungkin dilakukan mahluk lain selain manusia” terlihat sebuah tanda kepuasan di wajah indra.

“tidak juga, gw masih bisa menjelaskan semuanya itu dengan hal yang logis dan masuk akal”

“haishh mulai lagi deh lu” ucap minto sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

“soal hesti” terang gw mencoba menjelaskan.

“jangan melangkah terlalu jauh dengan wanita itu za, bisa mampus lu” indra memotong pembicaraan gw.

“jujur saja, gw enggak percaya dengan tuduhan kalian yang mengatakan hesti mempunyai ilmu pemikat atau sebagainya”

“gw punya jawaban lain dan ingin gw buktikan dan perbandingkan, jawaban logis atau yang berbau mistis sebagai pemenangnya”

“hmmm apa jawaban lu za ?” serempak indra dan minto mengeluarkan pertanyaan yang sama.

“gw lebih percaya semua ini dalam kendali alam bawah sadar kita, kekuatan pikiran bawah sadar kita itu sangat kuat bila kita bisa menggunakannya” batangan rokok kedua kini kembali tersulut.

“contohnya kita bisa memindahkan atau menggerakan suatu benda, memprediksi, bahkan membuat seseorang jatuh hati terhadap kita atau bahasa supranaturalnya pelet”

“kalau memang seperti itu, kenapa lu bisa melakukan seperti itu dengan hesti? seharusnya lu bisa menangkalnya” ucap indra mencoba mementahkan argumen gw.

“itu beda ndra, saat itu situasi sepi selain itu hesti memakai pakaian yang minim untuk membalut tubuh sintalnya, gimana gw enggak nafsu”

“tapi semua akan kita buktikan, sebentar..” ucap gw sambil melangkah kedalam kamar lalu mengambil kujang/keris dan menyerahkan pada minto.

“apa ini za?” ucap minto dengan rasa penasaran lalu membukanya, tampak indra memperhatikan tanpa kalah rasa penasarannya, sesaat setelah kain itu terbuka tampak indra, minto dan dikin sedikit kaget dan mengagumi apa yang dilihatnya.

“wahh za, lu punya pusaka” ucap indra terkagum2.

“sepertinya pusaka sakti ya pak, mungkin ini yang dimaksud orang pintar itu, bahwa pak reza menyimpan benda pusaka” kini mas dikin mencoba mengulang apa yang pernah dikatakan orang pintar.


>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 13

Sebuah pembuktian, terungkapnya sejarah mess

Tinggalkan komentar