Cerita dari kaskus oleh meta.morfosis
Kunjungan wulan ke mess, sesuatu yang tidak diharapkan..
<< Baca sebelumnya: cerita horror jeritan malam chapter 9
“akhirnya sadar juga lu za.. sukur.. sukur..” terlihat minto mengelus2kan telapak tangannya di dada, begitu juga dengan indra dan mas dikin yang tampak lega melihat gw sudah siuman.
“bagaimana, sudah puas?” wajah orang pintar tersebut menyiratkan sebuah aura kepuasan, ingin rasanya gw bangkit dan melabraknya tapi kondisi tubuh ini tidak berjalan selaras dengan keinginan, rasa lelah begitu gw rasakan seperti layaknya orang yang telah berjalan jauh.
“nanti beri dia minum air putih ini, biar tenaganya cepat pulih” ucap orang pintar itu seraya menjampi jampi minuman lalu meniupkannya, setelah itu terlihat mas dikin berbincang bincang lalu mengantarkan orang pintar itu pamit meninggalkan rumah.
“za, apa yang lu alamin? kok lu jadi kayak orang linglung gini sih” tanya indra menyadari gw hanya terdiam sambil menyaksikan orang pintar itu pergi, sebenarnya didalam diam ini gw masih terbayang baying dengan peristiwa yang baru saja gw alami, apakah ini yang dinamakan dengan ilmu hipnotis, sebuah ilmu yang membuat kita kehilangan kesadaran tergantikan dengan imajinasi yang diberikan penghipnotis.
“minum dulu nih za..” pinta minto yang segera gw tampik, gw tidak bisa membayangkan meminum air putih yang telah disemburkan liur orang pintar itu.
“kurang ajar!!!” teriak gw geram mengingat ternyata orang pintar itu telah menghipnotis gw, rupanya dia ingin menunjukan bahwa keyakinan gw tentang hal hal yang berbau mistis itu adalah pola pemikiran tertinggal adalah sebuah kesalahan.
“apanya yang kurang ajar zaa, lu jangan mulai lagi pura2 kesurupan deh” ucap indra dengan nada kesalnya, minto hanya tertawa melihat kekesalan indra.
“ini sihir.. hipnotis.. kurang ajar itu orang pintar” jawab gw dengan berapi2 sambil berupaya duduk.
“pasti tadi kalian melihat gw berjalan ke kamar seperti mayat hidup dan setelah itu gw pingsan? iya kan?” ucap gw dengan penuh keyakinan.
“sok tau lu za, dari tadi lu enggak kemana2, lu disini dengan kita2, tapi tadi lu terlihat seperti orang hidup tanpa jiwa, mata lu terlihat kosong, setelah itu lu menjerit dan pingsan” minto mencoba menjelaskan apa yang dia saksikan, gw hanya bisa terbengong mendengar keterangan minto, sungguh jauh dengan apa yang gw perkirakan.
“ahhh gw enggak peduli sama keyakinan lu yang selalu beranggapan semua bisa dijelaskan dengan sesuatu yang masuk akal, intinya gw mau tau apa yang lu lihat saat lu enggak sadar tadi..?” ucap indra sambil menepuk keningnya.
“seorang gadis ndra.. seorang gadis diatas lemari baju kamar lu, dengan tangan memegang kepalanya yang terpisah” jawab gw menepis rasa penasaran indra.
“apaaa!! sinting lu za, kalau tau jawabannya gitu lebih baik gw enggak usah tau” indra menghela nafas berat, baru kali ini gw melihat indra sedepresi itu karena rasa takutnya.
“sudahlah, lebih baik kita tidur” ajak gw untuk mengakhiri semua perbincangan.
“gw tidur dikamar lu za” ucap indra sambil bergegas menyusul langkah gw, terlihat malam ini minto mempunyai keberanian yang lebih dibandingkan indra, sehingga dia memutuskan untuk tidur dikamarnya.
“kita orang beragama, harus berani.. takut hanya membuat kita tambah paranoid” terlihat rasa percaya diri terpancar dari wajah minto, bangga gw melihat perubahan pada diri minto, malam ini minto bisa menepis ketakutannya dengan akal sehat, hingga selang 20 menit, rasa bangga gw akhirnya luntur seiring dengan teriakan dan ketukan tangannya di pintu kamar.
“zaaaa.. ndraaa!!! bangunnn!! gw ikut tidur bareng dong..”
“cepat buka pintunya!!” ucapnya kembali dengan ketukan yang lebih keras mendapati kami lambat untuk merespon permintaannya, hingga akhirnya indra dengan malas membukakan pintu.
“kenapa lu to? muka lu jadi pucet gitu” ucap indra melihat minto yang terlihat masih shock dan diam terduduk didalam kamar.
“terkutuklah rumah ini.. sial!!, bisa enggak lu bayangin ketika lu mau coba tidur dan memeluk guling, tau2 guling itu seperti menghembuskan nafas” gw dan indra tertawa mendengar penjelasan minto.
“gw kirain pemberani” ucap gw sambil tertawa.
“yang terkutuk bukan rumah ini, tapiiii..” terlihat indra berhenti melanjutkan ucapannya, tatapannya terlihat berputar putar seperti sedang mencari keberadaan sesuatu, melihat kelakuan indra, minto segera meloncat keatas tempat tidur, akhirnya malam ini kami tertidur diranjang yang terasa sempit ini.
…
Sudah 2 bulan lamanya kami terteror di mess ini, dengan bebagai macam kejadian yang tidak normal, terkadang gw bisa menjelaskan beberapa peristiwa itu dengan penjelasan yang masuk akal, tapi sebagian besar yang lain tidak bisa gw jelaskan dengan penjelasan yang terasa lebih ilmiah dibanding sudut pandang mistis.
Beberapa kali gw coba mencari informasi tentang masa lalu mess ini, tapi hanya jawaban kosong yang gw terima, mencoba mencari informasi dikelurahan, gw khawatir terlalu banyak biaya yang keluar hanya untuk mendapatkan informasi yang memuaskan rasa penasaran ini, sempat muncul keinginan untuk berhenti dari pekerjaan ini, tapi rasa malu karena belum bisa memberikan bukti keberhasilan kepada orang tua gw, membuat gw mengurungkan niat itu, opsi kedua yang gw pikirkan adalah gw harus meninggalkan mess itu dengan cara kost diluaran, tapi opsi ini kembali gagal karena keterbatasan dana, gaji gw belum mencukupi untuk melakukan itu semua, mengajak indra dan minto pun menemui kata gagal, minto dengan alasan mengirim uang untuk keluarganya dirumah, indra.. ahh indra terlalu sibuk dengan dunia hiburannya, lebih tepat dengan sebutan hiburan malam, sering indra menceritakan tentang gadis2 lokalisasi dan tempat pemijatan yang jauh dari kata tradisional, semua itu dilakukan dengan alasan iseng, refresing, menghilangkan rasa tegang di mess, apapun alasannya tetap saja intinya keinginan membuang lendir.
“mumet rasanya memikirkan itu semua” ucap gw disela pekerjaan akhir, bunyi jarum jam begitu terdengar jelas dikesunyian kantor yang mulai sepi dari aktifitas, terlihat waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, sempat terpikir untuk menerima ajakan indra, yanto dan minto untuk menghabiskan malam minggu ini ditempat hiburan malam, tapi tugas pekerjaan bagaikan dinding tebal yang menghalangi jalan gw kesana
“belum pulang pak?” tegur seorang security kantor, tatapan mata gw segera berpaling dari layar hp yang gw pegang.
“sebentar lagi pak” jawab gw sambil tersenyum, seiring security beranjak pergi, kembali gw membaca isi sms yang dikirimkan wulan beberapa hari yang lalu, besok wulan akan datang ke mess untuk mengisi libur cutinya, tidak lupa gw meminta tolong kepada mas imron untuk menjemput wulan di stasiun.
“waktunya pulang” ucap gw begitu menyelesaikan pekerjaan akhir, lama gw terdiam dipinggir jalan menunggu angkot yang lewat, diantara rasa bosan menunggu, muncul ide gw untuk mampir ke rumah makan yang pernah ditunjukan indra dan minto, sebuah rumah makan dengan pelayan seksinya.. hesti, kebetulan gw pun belum makan malam.
“daripada gw bengong sendiri dirumah, minto dan indra pasti belum pulang, begitu juga dengan mas dikin yang selalu pergi tanpa gw ketahui” ucap gw kepada diri sendiri.
Ketika gw memasuki rumah makan, sempat muncul pertanyaan akan ramainya rumah makan ini, tidak siang ataupun malam selalu ramai, menurut pendapat gw, makanan disini terlihat biasa saja rasanya, tapi entah kenapa selalu ramai, feeling gw mengatakan pasti ada motivasi lain selain makan, mata gw mencoba mencari sosok yang menjadi alasan gw bisa berpendapat sedemikian rupa.
“hmmm tidak ada” segera gw memesan makanan dan mencari posisi yang enak, setelah menyelesaikan makan dan menyulut sebatang rokok, akhirnya gw melihat sosok wanita yang gw cari, terlihat hesti memasuki rumah makan dengan pesonanya, gw melihat keramahan wanita ini dengan tebaran senyumannya kepada para pengunjung yang sebagian besarnya adalah laki2, gw bisa melihat tatapan liar dari mata laki2 pengunjung rumah makan, antara senyum dan nafsu gw masih bisa membedakannya, mungkin sebagian besar laki2 ini pernah terlibat persilingkuhan seperti yang arda lakukan, yang membedakannya hanya tingkat kesialan yang arda alami.
Tidak ada yang aneh dari wanita ini, tidak terlihat seperti wanita jahat seperti apa yang pernah gw perbincangkan dengan indra dan minto, tapi pada dasarnya wanita ini memang mempunyai daya tarik tersendiri, selain wajahnya yang terlihat biasa, wanita ini terlihat begitu menjaga penampilannya, balutan rok mini dengan kaos putih ketat yang dikenakan seakan dia ingin menunjukan setiap lekukan bagian tubuhnya yang terlihat padat, seperti lelaki pada umumnya, gw mengagumi pemandangan ini, mungkin inilah daya tariknya.
Tatapan mata gw yang terlihat tidak berkedip telah memancing pandangan matanya, sebuah senyuman hangat terlihat dari bibir yang terbalut tipis pemerah bibir, hingga akhirnya dia menuju kearah gw setelah menyapa beberapa pengunjung yang lain.
“kok sendirian mas, mana yang lain? mas.. mas.. siapa namanya, aku lupa” ucapnya sambil duduk disamping gw, benar2 kurang ajar wanita ini, gw masih mengenal namanya sedangkan dia sudah melupakan nama gw.
“reza” jawab gw sambil menghirup aroma wangi tubuhnya, akhirnya gw menerangkan tentang keberadaan gw yang seorang diri ditinggal indra, yanto dan minto bersenang senang menikmati malam.
“kasihan” ucap hesti dengan nada genitnya, kami terlibat dalam perbincangan yang cukup lama dan akrab, dari perbincangan ini gw bisa mengetahui tentang rumah makan yang dikelola hesti seorang diri, tentang status hesti sebagai janda tanpa anak, tentang ibunya yang sudah meninggal dan bapaknya yang pergi entah kemana, terlalu berliku kehidupan wanita ini.
>> Lanjutkan membaca cerita horror jeritan malam chapter 11
Kunjungan wulan ke mess bagian dua, sesuatu yang tidak diharapkan..